Bandarlampung (ANTARA News) - Bencana ekologis, seperti longsor, banjir bandang, banjir dan longsor, banjir rob, banjir lahar dingin dan banjir karena luapan danau terus melanda 3.846 desa di Indonesia, demikian Mukri Friatna, Manager Penanganan Bencana Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi).

Dalam kurun waktu lima bulan dari 1 Januari hingga 31 Mei 2013, tidak satu pun daerah di 34 provinsi se-Indonesia yang bebas dari bencana. 

Pada kurun waktu tersebut, telah terjadi 776 kali bencana yang melanda 3.846 desa/kelurahan di 1.584 kecamatan dan 311 kabupaten/kota seluruh Indonesia, sampai merenggut 348 korban jiwa.

Jawa Barat merupakan provinsi yang paling banyak menelan korban jiwa dengan 66 orang.

Mukri menyebutkan di Pulau Jawa, bencana alam tertinggi terjadi di Jawa Timur sebanyak 90 kali bencana yang melanda 637 desa/kelurahan, sedangkan yang terendah adalah di Yogyakarta hanya terjadi dua kali banjir.

Di Kalimantan, bencana tertinggi adalah Kalimantan Selatan dengan 13 kali bencana, sedangkan di Sulawesi, Sulawesi Selatan tertinggi dengana 22 kali bencana. Pada regional Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, bencana tertinggi terjadi di Nusa Tenggara Timur dengan 30 kali bencana.

Selain karena faktor curah hujan tinggi, Walhi mencatat penyebab bencana di perkotaan adalah karena minim ruang terbuka hijau, ketiadaan drainase, tersumbat saluran pembuangan air, dan posisi daerah di dataran rendah.

"Kesemuanya ini bermuara pada penataan ruang yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan terganggu keseimbangan ekosistem yang berdampak menimbulkan bencana alam," ujarnya.

Walhi mengapresiasi Pemerintah Provinsi Aceh, Sulawesi Barat, Gorontalo, dan Padang yang berani menyebut bencana di wilayahnya karena kerusakan lingkungan.

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013