Forum Pemred ingin menjunjung tinggi prinsip independensi dari pengaruh kekuasaan, kelompok, kepentingan, kekuatan ekonomi dan pihak-pihak lainnya. Pers Indonesia sepenuhnya diabdikan bagi kemajuan masyarakat atas dasar demokrasi, keadilan sosial, ke
Jakarta (ANTARA News) - Ketua Forum Pemred Wahyu Muryadi menegaskan bahwa forum yang dipimpinnya dibentuk bukan karena alasan dan kepentingan politik, apalagi terkait dengan Pemilu 2014.

"Forum Pemred ingin menjunjung tinggi prinsip independensi dari pengaruh kekuasaan, kelompok, kepentingan, kekuatan ekonomi dan pihak-pihak lainnya. Pers Indonesia sepenuhnya diabdikan bagi kemajuan masyarakat atas dasar demokrasi, keadilan sosial, kemanusiaan dan kesetaraan," katanya di Jakarta, Selasa.

Wahyu mengatakan meskipun tidak melarang anggotanya untuk mendukung salah satu calon dalam pemilu maupun pilkada, tetapi Forum Pemred sangat mengharamkan adanya kesepakatan bersama untuk mendukung salah satu calon.

Menurut dia, forum yang dibentuk dan diinisiasi sendiri oleh 55 pemimpin redaksi media massa terkemuka itu untuk menyuarakan kepentingan pers yang independen dan profesional serta tidak larut dalam kepentingan-kepentingan yang mengganggu martabat pers.

"Jadi forum yang dibentuk ini untuk menjaga marwah pemimpin redaksi dan pers itu sendiri. Forum Pemred bebas dari kepentingan sesaat yang sesat dan tidak bisa dikooptasi oleh kekuatan apa pun," tuturnya.

Forum Pemred juga berusaha memberikan pemahaman kepada para pemilik media bahwa kewenangan tertinggi dalam keredaksian berada di tangan pemimpin redaksi, bukan pemilik. Apabila ada pemilik media yang belum memahami hal itu, Forum Pemred akan menjelaskan.

"Begitu juga saat bertemu dengan Presiden, bukan berarti Forum Pemred terkooptasi. Kami justru memberi masukan dan berusaha menggali informasi-informasi latar belakang dari sebuah masalah. Forum Pemred bisa bertemu siapa pun dengan kepala tegak," katanya.

Sementara itu, anggota Dewan Penasehat Forum Pemred Tommy Suryopratomo mengatakan forum tersebut terbentuk karena adanya kegundahan para pemimpin redaksi terhadap demokrasi yang mulai menyimpang.

"Demokrasi kita saat ini terjebak pada paradigma menang-kalah yang mengarah pada suara terbanyak. Padahal, cita-cita pada pendiri negara ini adalah demokrasi yang juga memikirkan kepentingan masyarakat yang termarjinalkan," tuturnya.

Karena itu, kata Tommy, dalam Pertemuan Puncak Pemimpin Redaksi se-Indonesia di Bali pada 13--14 Juni 2013 yang bertema "Mewujudkan Indonesia Perkasa", akan lebih banyak membahas permasalahan ekonomi bangsa selain permasalahan hubungan pers dengan pemilik media.

"Kesenjangan ekonomi masih cukup tinggi yang akhirnya memunculkan permasalahan sosial. Banyak anggota masyarakat yang tidak bisa mengakses sumber-sumber ekonomi. Kami berharap apabila masalah ekonomi bisa diselesaikan, permasalahan sosial juga akan selesai," tuturnya.
(D018/M026)

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013