Damaskus (ANTARA News) - Pasukan Suriah merebut kota strategis Qusayr, kata media pemerintah Rabu, setelah satu serangan yang dipelopori ribuan petempur gerakan Hizbullah Lebanon.

Keberhasilan penting di medan tempur bagi pasukan Presiden Bashar al-Assad seperti itu, jika dikonfirmasikan terjadi saat para pejabat dari Rusia, Amerika Serikat dan PBB berkumpul di Jenewa untuk mempersiapkan satu konferensi perdamaian di tengah-tengah tuduhan bahwa pemerintah Damaskus menggunakan senjata-senjata kimia.

"Tentara Suriah menguasai seluruh daerah Qusayr di Provinsi Homs setelah membunuh sejumlah besar teroris dan menangkap sejumlah lainnya," kata laporan stasiun televisi pemerintah, menggunakan istilah pemerintah untuk pemberontak.

Kantor berita resmi SANA mengatakan tentara "menegakkan kembali keamanan di seluruh kota Qusayr," sementara stasiun televisi Al-Manar milik Hizbullah, yang memiliki seorang koresponden di lapangan mengatakan pemberontak meninggalkan daerah itu.

Pasukan Bashar dan para petempur Hizbullah melancarkan serangan untuk merebut kembali daerah Qusayr di perbatasan Lebanon pada 19 Mei.

Pemberontak berusaha merebut kembali kota yang terletak sekitar 10km dari perbatasan itu, kemudian dibantu ratusan petempur dari Lebanon. Pertempuran itu menyebabkan banyak korban sipil yang cedera terperangkap.

Para dokter mengimbau Palang Merah diizinkan merawat para korban cedera, tetapi para pejabat Suriah mengatakan ini akan diizinkan apabila pemberontak telah dikalahkan.

Para warga sipil yang berhasil meninggalkan Qusayr menyebut kota itu sebagai "satu kota hantu" mengalami kehancuran parah dan banyak letusan bom," kata badan PBB urusan pengungsi UNHCR, Selasa.

Mereka yang berhasil melarikan diri terutama wanita dan anak-anak, karena pria berisiko dibunuh di pos-pos pemeriksaan, kata juru bicara organisasi itu Melissa Fleming.

Menguasai Qusayr adalah penting bagi pemberontak karena daerah itu adalah tempat transit penting bagi pengiriman senjata dan petempur dari Lebanon.

Kota itu juga strategis bagi pemerintah karena terletak di jalan raya yang menghubungkan Damaskus dengan pantai, pangkalannya.

Di bidang diplomatik, para pejabat yang bertemu di Jenewa mengharapkan untuk menyusun syarat-syarat bagi kelompok Bashar dan pemberontak untuk melakukan perundingan langsung untuk pertama kali.

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013