New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun pada Senin (Selasa pagi WIB), di tengah kekhawatiran baru tentang permintaan minyak mentah China setelah serangkaian data ekonominya mengecewakan.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli, ditutup pada 95,77 dolar AS per barel, turun 26 sen dari Jumat, lapor AFP.

Di perdagangan London, minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Juli turun 61 sen menjadi menetap di 103,95 dolar AS per barel.

China selama akhir pekan menerbitkan banyak indikator ekonomi yang mengecewakan, sehingga memicu kekhawatiran tentang melambatnya pertumbuhan di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

"Data impor buruk, penjualan ritel tidak besar, angka produksi industri sedikit lebih rendah dari perkiraan pasar ... itu semakin pasar berpikir tentang bagaimana pertumbuhan China akan berjalan selama beberapa bulan berikutnya," kata Bart Melek dari TD Securities.

Harga juga berada di bawah tekanan setelah kenaikan kuat pada Jumat (7/6) di New York, kata Robert Yawger dari Mizuho Securities USA.

"Kami mengalami kesulitan setiap kali sampai ke tingkat 97-98 dolar AS," kata Yawger, mencatat bahwa pasar telah gagal terhadap tingkat itu sebanyak tiga kali sejak April.

"Orang-orang keluar dari posisi mereka karena mereka sebelumnya tidak berhasil melewati tingkat itu."

Penurunan harga dibatasi oleh ketegangan antara Sudan dan Sudan Selatan, Yawger menambahkan.

Pada Sabtu (8/6) Presiden Sudan Omar al-Bashir menutup pipa saluran yang membawa minyak mentah Sudan Selatan untuk ekspor, dan pada Minggu (9/6) Sudan menangguhkan sembilan perjanjian keamanan dan ekonomi dengan Sudan Selatan.

Sudan Selatan menghasilkan sekitar 350.000 barel minyak per hari tetapi tergantung pada infrastruktur ekspor Sudan.

Kedua belah pihak belum bisa menyepakati berapa banyak Juba (Sudan Selatan) akan membayar untuk penggunaan jaringan pipa saluran minyaknya.

Dalam berita pasar minyak lainnya, aksi duduk para pengunjuk rasa di ladang-ladang minyak Libya telah mengakibatkan kehilangan produksi 250.000 barel per hari, Menteri Perminyakan Abdelbari al-Arussi mengatakan pada Senin.

Beberapa unjuk rasa telah berlangsung di terminal-terminal di Al-Harriga di Tobruk dan Zueitina di timur, serta di ladang minyak Al-Fil di Ubari di selatan, kata Arussi.

Menteri tidak memberikan rincian alasan terjadinya unjuk rasa tersebut, tetapi mengatakan bahwa "protes ini mempengaruhi ekonomi Libya, yang tergantung pada sumber daya minyak dan gas." (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013