Bensin eceran mulai sulit didapatkan sementara kalau mau beli di SPBU harus mengantre berjam-jam apalagi sekarang banyak kendaraan dengan kapasitas tangki besar yang mengantre."
Samarinda (ANTARA News) - Antrean bahan bakar minyak (BBM) khususnya jenis premium atau bensin dan solar di sejumlah stasiun bahan bakar umum (SPBU) di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, semakin panjang.

Berdasarkan pantauan pada Kamis dini hari, antrean panjang kendaraan roda empat atau mobil di SPBU Jalan Kusuma Bangsa Samarinda terlihat hingga mencapai 500 meter .

Puluhan kendaraan yang didominasi jenis `pick up` dan angkutan kota terlihat mengantre hingga di depan Stadion Segiri Samarinda.

Sementara, antrean puluhan kendaraan roda dua juga terlihat memadati SPBU yang terletak di pusat Kota Samarinda itu.

Ironisnya, seperti pada antrean kendaraan roda empat yang banyak didominasi mobil jenis tertentu, antrean kendaraan roda dua juga terlihat dipadati oleh motor dengan kapasitas tangki besar yakni mencapai 17 liter.

"Sejak tiga hari terakhir, antrean kendaraan mulai terlihat padat namun saya heran karena justru semakin banyak motor dengan tangki berkapasitas hingga 17 liter mengantre. Malah, saya sering melihat pengendaranya yang mengisi sendiri sementara petugasnya terlihat hanya bersantai," ungkap salah seorang warga Samarinda, Adi, ditemui di SPBU Jalan Kusuma Bangsa, Kamis dinihari.

Menurut warga tadi, antrean dengan jenis kendaraan tertentu juga kerap terlihat di SPBU Jalan PM Noor.

Mestinya kata warta tersebut, pihak SPBU tidak melayani atau membatasi pembelian premium kepada para pengendara motor.

"Kalau dilihat dari prilaku pengendara dan petugas, sepertinya mereka terlihat akrab sehingga wajar jika warga menaruh curiga mereka bekerjasama dan kami yakin mereka adalah penjual bensin eceran yang sengaja menampung BBM sambil menunggu pengumuman kenaikan harga. Semestinya, ada pembatasan pembelian BBM sehingga masyarakat bisa mendapatkan BBM secara merata," kata Adi.

Sementara, sejak dua hari terakhir, para penjual bensin eceran terlihat tidak lagi melayani pembeli.

"Bensin eceran mulai sulit didapatkan sementara kalau mau beli di SPBU harus mengantre berjam-jam apalagi sekarang banyak kendaraan dengan kapasitas tangki besar yang mengantre," ungkap warga Samarinda lainnya, Amin.

Koordinator Tinta Merah, sebuah LSM yang fokus menyoroti kebijakan publik di Samarinda, Herman A Hasan mengatakan, terjadinya antrean di SPBU itu sebagai dampak rencana kenaikan harga BBM.

Lemahnya pengawasan pemerintah dan pihak kepolisian lanjut Herman A Hasan menjadi salah satu penyebab terjadinya kepanikan sehingga memunculkan reaksi masyarakat untuk membeli BBM dalam jumlah besar.

"Semestinya, ada petugas kepolisian yang melakukan pengamanan di setiap SPBU untuk mengontrol pembelian BBM di SPBU, khsususnya jenis kendaraan tertentu yang dicurigai membeli BBM untuk kemudian diecer. Pemerintah Kota Samarinda juga seharusnya membuat regulasi terkait pembatasan pembelian BBM roda dua maksimal, lima liter per kendaraan," ungkap Herman A Hasan.

Maraknya penjual bensin eceran yang tidak terkontrol lanjut Herman A Hasan juga menjadi salah satu pemicu kerapnya terjadi antrean pembelin BBM di SPBU.

Menurut dia, seharusnya ada pembatasan penjualan bensin secara eceran sehingga tidak dengan mudahnya orang menjual BBM yang diecer tersebut.

"Harus diatur baik jumlah maupun prilaku para penjual agar tidak merugikan masyarakat. Coba bayangkan, jika satu penjual bensin eceran yang menguasai pembelian minimal 20 liter per hari dan di Samarinda terdapat lebih 600 pengecer, berapa jatah yang diambil mereka," katanya.

"Kemudian, dijual lagi ke masyarakat dengan harga yang jauh lebih mahal dengan ukuran tidak sesuai takaran yakni satu liter sementara masyarakat yang tidak mau mengantre terpaksa membeli belin secara eceran. Inilah yang harus disikapi pemerintah dan kepolisian sehingga tidak menimbulkan keresahan masyarakat jika memang betul pemerintah menaikkan harga BBM," ungkap Herman A Hasan. (*)

Pewarta: Amirullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013