Proses kelahiran Andatu tidaklah mudah, tetapi melalui berbagai upaya yang panjang dan sulit."
Jakarta (ANTARA News) - Andatu, bayi badak Sumatera di Taman Nasional Way Kambas Lampung Timur, bertepatan dengan ulang tahun kelahiran pertamanya dilepasliarkan oleh Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, Minggu.

Sejak dilahirkan dari rahim induknya, Ratu, pada 23 Juni 2012, Andatu bersama sang induk tinggal di Suaka Rhino Sumatera (SRS) dan diamati dengan intensif oleh pawang dan dokter hewan.

Zulkifli mengungkapkan, Andatu merupakan anak badak hasil perkawinan dari pasangan badak Sumatera jantan bernama Andalas yang lahir di Kebun Binatang Cincinnati Amerika Serikat (AS) pada 2001 dan badak Sumatera betina bernama Ratu, asli dari Taman Nasional Way Kambas.

"Proses kelahiran Andatu tidaklah mudah, tetapi melalui berbagai upaya yang panjang dan sulit," kata Zulkifli.

Perjodohan dan perkawinan kedua induk badak sumatera itupun terbilang sulit, ujarnya.

Badak Andalas yang didatangkan ke Suaka Rhino Sumatera (SRS) dari Kebun Binatang Cincinnati AS pada 2007 telah mengalami adaptasi dan proses pendewasaan selama dua tahun sebelum mulai dipasangkan dengan Ratu.

Selama dalam masa kehamilan Ratu dan proses kelahiran, induk dan anak Badak Sumatera itu dirawat, diperiksa dan dipantau secara intensif oleh tim perawat dan dokter hewan dari dalam negeri (YABI dan Taman Safari Indonesia) maupun luar negeri (International Rhino Foundation/IRF).

Selain itu juga dari Kebun Binatang Cincinnati (AS), Toronga Conservation Society (WPZ) Australia, serta White Oak Conservation Centre (AS).

Untuk memperingati satu tahun Andatu, Menhut memberikan buah-buahan yang dirangkai seperti gunungan kepada anak badak beserta induknya tersebut, kemudian keduanya dilepaskan ke alam yang lebih luas.

Menteri menyatakan, badak Sumatera merupakan hewan yang terancam punah dan diperkirakan hanya sekitar 200 ekor yang masih hidup di habitat aslinya.

"Indonesia memiliki dua jenis Badak dari lima jenis badak yang masih tersisa di dunia, yaitu badak Jawa dan badak Sumatera," katanya.

Badak Jawa terdapat di Taman Nasional Ujung Kulon dengan populasi sekitar 50 ekor dan badak Sumatera dengan populasi sekitar 200 ekor yang sebagian besar berada di kawasan konservasi di Sumatera, dan hanya sebagian kecil saja di Pulau Kalimantan, terutama di wilayah Sabah Malaysia.

Dia menyatakan, kedua jenis satwa tersebut, merupakan jenis badak yang tergolong paling langka dan terancam punah karena berkurangnya habitat dan perburuan liar sehingga IUCN pada 2006 menetapkan status konservasinya sebagai dalam kondisi kritis menuju kepunahan (critically endangered).

Zulkifli menyatakan, dalam upaya tetap melestarikan keberadaan badak di Indonesia, pemerintah telah mengatur dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.43/Menhut-II/2007 tentang Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Badak Indonesia periode 2007-2017.

Peraturan tersebut telah diterapkan melalui berbagai kegiatan konservasi in-situ di habitat alaminya dan kegiatan konservsi eks-situ semi alami berupa program konservasi pengembangbiakan (conservation breeding program) di SRS TN Way Kambas yang telah menangkar anak badak Sumatra bernama Andatu.

Selain itu, pembangunan Javan Rhino Study Conservationa Area (JRSCA) di Taman Nasional Ujung Kulon, sedangkan kegiatan konservasi in-situ diwujudkan dalam bentuk pengelolaan habitat dan unit penjaga badak (Rhino Protection Unit) di beberapa kawasan taman nasional.

Pada kesempatan itu, ia juga menyatakan, momentum Tahun Badak Internasional yang telah dicanangkan tahun 2012 akan diperingati setiap tahunnya oleh Kementerian Kehutanan pada hari kelahiran anak badak Sumatera, Andatu, yakni setiap 23 Juni. (*)

Pewarta: Subagyo
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2013