... telah melakukan hal yang sangat baik selama dua dekade terakhir... "
Jakarta (ANTARA News) - Negara tetangga, Malaysia, dipuji Bank Dunia atas kesuksesannya mengelola sumber daya alam mereka; sehingga bisa memberi manfaat setinggi mungkin pada pertumbuhan ekonomi negara itu. 

"Malaysia telah melakukan hal yang sangat baik selama dua dekade terakhir," kata Kepala Ekonom Bank Dunia, Kaushik Basu, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.

Indonesia sebagai negara tetangga yang lebih unggul kekayaan alamnya, tidak disebut-sebut dalam laporan Bank Dunia itu. 

Namun, menurut Kaushik Basu, Malaysia juga diminta melakukan penyesuaian kebijakan dalam rangka menghadapi beragam tantangan masa mendatang seperti kemungkinan menurunnya beberapa harga komoditas.

Dalam laporan bertajuk Malaysia Economic Monitor: Harnessing Natural Resources yang dikeluarkan Bank Dunia, perdagangan Malaysia telah didominasi sejumlah komoditas seperti minyak bumi mentah, gas alam, karet, dan minyak kelapa sawit.

Dengan melemahnya pertumbuhan di sejumlah negara sasaran ekspor, di antaranya China dan Malaysia, Bank Dunia menyarankan Malaysia mempercepat reformasi struktural guna memastikan bahwa perekonomian negara tersebut tetap beragam dan dinamis.

Bank Dunia menyatakan, Malaysia salah satu dari beberapa negara berkembang yang sukses mengubah keberlimpahan sumber daya alamnya menjadi pertumbuhan berkelanjutan jangka panjang.

Sebagaimana ditulis dalam laporan Bank Dunia tersebut, kebijakan yang tepat juga telah memastikan bahwa penghasilan yang masuk dari industri ekstraktif diinvestasikan kembali untuk perekonomian dalam bentuk mesin, bangunan, dan pendidikan.

"Malaysia adalah contoh yang baik dari negara yang sukses menggunakan sumber daya alam untuk diinvestasikan dalam area lain perekonomian," kata Direktur Bank Dunia untuk Malaysia, Annette Dixon.

Malaysia diperkirakan mencapai pertumbuhan produktivitas tiga hingga empat persen pada 2013, sedangkan pada tahun 2012 lalu, Malaysia mencatat pertumbuhan produktivitas dua persen.

Namun pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan China yang mencatat pertumbuhan produktivitas 7,4 persen, Thailand (4,9 persen), Indonesia (4,2 persen) dan India (3,7 persen).

(M040/B008) 

Pewarta: Muhammad Rahman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013