Para perajin olahan sirip ikan hiu semakin sulit mendapatkan bahan baku, akibat ribuan nelayan di Kabupaten Indramayu berhenti melaut, mereka tak akan sanggup memenuhi permintaan pasar ekspor tujuan Jepang dan Korea,"
Indramayu (ANTARA News) - Sejumlah perajin pengolahan sirip ikan hiu di kawasan pantai utara Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mengaku tak sanggup memenuhi permintaan pasar ekspor tujuan Jepang dan Korea.

"Para perajin olahan sirip ikan hiu semakin sulit mendapatkan bahan baku, akibat ribuan nelayan di Kabupaten Indramayu berhenti melaut, mereka tak akan sanggup memenuhi permintaan pasar ekspor tujuan Jepang dan Korea," kata Nuryanto salah seorang perajin olahan ikan sirip hiu di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa.

Olahan sirip ikan hiu hasil perajin Kabupaten Indramayu memiliki kualitas baik, kata dia, sehingga diminati oleh pasar ekspor Jepang dan Korea, tetapi kiriman bahan baku tidak bisa diandalkan dari nelayan setempat.

Produksi kerajinan olahan sirip ikan hiu tergantung hasil tangkapan, tutur Nur, jika melimpah mereka bisa menutupi pesanan ekspor, tetapi kini ribuan nelayan berhenti melaut akibat cuaca tidak menentu dan harga BBM naik.

Pujionan perajin sirip ikan hiu lain menuturkan, produksinya terbatas sehingga sulit memenuhi seluruh pesanan sirip ikan hiu. Perajin tergantung hasil tangkapan nelayan pantura Indramayu. Saat ini, cuaca yang tidak menentu menghambat pendaratan hasil tangkapan nelayan.

Dampaknya, bahan baku untuk produk mereka sulit diandalkan, sementara permintaan untuk ekspor cukup tinggi. Ia menjelaskan berkurangnya tangkapan nelayan Indramayu mengakibatkan produksi sirip ikan hiu menurun.

Akan tetapi, katanya, saat tangkapan nelayan melimpah, kebutuhan ekspor terpenuhi oleh perajin setempat.

Dikatakannya, harga sirip ikan hiu semakin melambung, kini dijual kisaran Rp370.000 per kilogram, sebelumnya dijual Rp250.000 per kilogram, bahan baku semakin sulit harga akan terus meroket.

Seorang perajin lainnya, Sajiman, mengaku pesanan ekspor sirip ikan hiu antara lain Jepang dan Korea. Permintaan, katanya, mengalami peningkatan, akan tetapi dirinya sulit memenuhinya karena terbatasnya bahan baku. Perajin hingga saat ini masih mengandalkan hasil tangkapan nelayan Indramayu.

Manager Tempat Pelelangan Ikan Glayem Kabupaten Indramayu Dedy Aryanto mengatakan, hasil tangkapan nelayan pantura setempat sulit diandalkan akibat cuaca tidak menentu ditambah kenaikan harga BBM.
(KR-EJS/Y003)

Pewarta: Enjang Solihin
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013