Bandung (ANTARA News) - PT Bio Farma (Persero), satu-satunya produsen vaksin dan antisera di Indonesia, kini telah sanggup memenuhi 2/3 kebutuhan vaksin dunia dengan kualitas vaksin standar Badan Kesehatan Dunia (WHO).

"Kita harus bangga dengan Bio Farma yang telah mampu memenuhi dua per tiga dari kebutuhan vaksin dunia," kata pakar kesehatan umum dengan peminatan khusus vaksin, Dr. Julitasari Sundoro pada seminar edukasi vaksin dengan tema "Vaksinasi meningkatkan kualitas hidup generasi bangsa" di Bandung, Selasa.

Julitasari mengemukakan, sekitar 40 persen dari produk Bio Farma digunakan untuk memenuhi kebutuhan vaksin di dalam negeri, dan 60 persen untuk kepentingan ekspor. Dalam usianya yang ke-123 pada 2013 ini Bio Farma telah mengekspor vaksin ke 123 negara di dunia.

Ia juga menyatakan bangga bahwa dari 23 negara Islam penghasil vaksin, baru Indonesia (dalam hal ini PT Bio Farma) yang telah mendapatkan sertifikat prakualifikasi WHO untuk produk vaksin.

Prakualifikasi merupakan penilaian independen untuk kualitas, keamanan, dan keampuhan vaksin guna memastikan vaksin bisa dipakai untuk target penduduk serta untuk memenuhi kebutuhan program imuniasi.

Menurut Julitasari, vaksin dibutuhkan untuk menurunkan angka kematian bayi dan balita, terutama untuk pencegahan penyakit menular. Sebelum vaksin digunakan secara luas, terlebih dahulu dilakukan penelitian secara bertahap selama 10 sampai 15 tahun.

Awalnya vaksin dirancang oleh sekelompok ahli, lalu diujikan pada hewan percobaan, kemudian diuji pada manusia dari sisi keamanan, daya kekebalan, dan daya perlindungannya.

Vaksinasi atau imunisasi merupakan pencegahan yang spesifik, efisien, dan efektif terhadap penyakit menular dan berbahaya seperti tuberkulosis, polio, difteri, pertusis, tetanus, campak dan penyakit lainnya.

Sementara itu pakar vaksin Bio Farma Dr. Novilia S. Bachtiar Pakar vaksin dr. Novilia S. Bachtiar atas pertanyaan peserta seminar mengakui tidak adanya badan (organisasi) yang mempunyai kewenangan mengeluarkan sertifikasi kehalalan vaksin.

Tapi menurut Kepala Divisi Surveilans Bio Farma itu sudah ada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang mengemukakan bahwa vaksin polio itu halal, apalagi vaksin-vaksin lainnya. "Dengan demikian berarti vaksin Bio Farma itu 'thoyib' (baik - Red) dan halal," kata Novilia.

Usai seminar, Panitia mengumumkan Duta Muda Vaksin Bio Farma yang paling kreatif dalam mengkomunikasikan pentingnya imunisasi. Juara pertama diraih oleh Tasya Stefany dari SMA 1 Sukabumi, juara kedua Ainani Tajriyani dari SMAN 1 Sindang Indramayu, dan juara ketiga Lina Marlina dari SMA Al-Furqon Sukabumi, sementara makalah favorit diraih oleh Siti Asianti Auzar dari SMA 7 Cirebon.

Dewan juri untuk acara tersebut adalah Aat Surya Safaat (wartawan senior, selaku Ketua) dengan anggota Dr. Julitasari Sundoro (pakar kesehatan publik), Dr. Novilia S. Bachtiar (Kepala Divisi Surveilans Bio Farma), dan Rahman Rustan (Sekretaris Perusahaan Bio Farma).

Para Duta Muda Vaksin tersebut selanjutnya akan berpartispasi dalam membagi pengetahuannya, khususnya dalam mengedukasi dan mensosialisasikan imuniasasi di lingkungan sekolah, baik secara lisan maupun melalui tulisan. (A015)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013