Jakarta (ANTARA News) - Harimau sumatra, ditemukan secara eksklusif di pulau Sumatera Indonesia, yang berada di ambang kepunahan.

Diperkirakan, sebanyak 400 harimau sumatra bertahan hidup. Tapi ketepatan jumlah dan lokasi berkurangnya populasi harimau di pulau itu bisa diperdebatkan, seperti dilansir laman Universitas Virginia Tech, Kamis,

Peneliti Virginia Tech dan World Wildlife Fund (WWF) menemukan bahwa harimau di Sumatera bagian tengah tinggal di kepadatan sangat rendah, lebih rendah dari yang diyakini sebelumnya.

Hasil tersebut, diringkas dalam makalah "Terancamnya predator di khatulistiwa: perkiraan populasi harimau panthera tigris di Sumatera bagian tengah," diterbitkan dalam edisi April 2013 Oryx-The International Journal of Conservation.

Temuan ini dilakukan oleh Sunarto, yang menerima gelar doktornya dari Virginia Tech tahun 2011, dan koordinator peneliti Marcella Kelly, profesor satwa liar di College of Natural Resources and Environment.

Serta Erin Poor dari East Lansing, Michigan, seorang mahasiswa doktoral yang mempelajari satwa dan analisis lingkungan geospasial di perguruan tinggi. Temuan tersebut menunjukkan bahwa tingginya tingkat aktivitas manusia membatasi populasi harimau.

Hasil penelitian ini, meliputi wilayah dan jenis habitat yang sebelumnya tidak disurvei, relevan dengan intervensi yang diperlukan untuk menyelamatkan harimau.

"Harimau tidak hanya terancam oleh hilangnya habitat dari deforestasi dan perburuan liar, mereka juga sangat sensitif terhadap gangguan manusia," kata Sunarto, yang berasal dari Indonesia.

"Mereka tidak bisa bertahan hidup di daerah yang tidak memadai, tetapi mereka juga terancam di hutan-hutan yang ada aktivitas manusia terlalu banyak," kata dia.

Ia mengatakan subspesies harimau terkecil, harimau sumatra, sangat sulit dipahami dan hidup pada kepadatan serendah seperti kucing per 40 mil persegi.

"Ini adalah studi pertama untuk membandingkan kepadatan harimau sumatera di berbagai jenis hutan, termasuk lahan gambut. Penelitian ini menggunakan teknik estimasi spasial untuk memberikan akurasi yang lebih baik dari kepadatan harimau daripada studi sebelumnya," ujar Sunarto yang berkolaborasi dengan Kelly, Profesor Emeritus Michael Vaughan, dan Sybille Klenzendorf, direktur Program Konservasi Spesies WWF.(*)

Pewarta: Azis Kurmala
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013