... konser angklung ini sekaligus berbagi dan mempererat hubungan masyarakat kedua bangsa... "
Beijing (ANTARA News) - Sekitar 6.000 warga China Minggu siang berkumpul di Stadion Buruh Beijing, untuk bermain angklung bersama dipimpin Daeng Udjo, dari Saung Angklung Mang Udjo.

Orkestra angklung dari kelompok Mang Udjo itu akan memainkan beberapa lagu, di antaranya Manuk Dadali, lagu berbahasa Mandarin, Yueliang Daibiao Wo De Xin, dan lagu We Are The World.

Para pemain orkestra angklung tersebut berasal dari para pelajar, wakil sejumlah perusahaan China seperti ZTE, para peserta didik Universitas Pertahanan China dan warga Tionghoa-Indonesia yang sempat lari dari Indonesia dan menetap di China hingga kini serta komponen masyarakat lain.

Juga hadir 20 duta besar negara sahabat Indonesia, di antaranya Duta Besar Amerika Serikat untuk China, Gary Locke. Mereka juga "mencicipi" seni dan sensasi memainkan angklung dalam orkestrasi besar seperti itu. Saat memperkenalkan teknik dan aransemen ringan permainan angklung, instruktur di panggung memakai kode gerakan tangan. 

Semisal, tangan kanan instruktur mengepal ke depan untuk membunyikan nada do bagi mereka yang memegang angklung dengan kode angka 1 untuk nada do itu, atau tangan kanan membuka ke depan untuk nada re pada angklung diimbuhi kode angka 2, dan sebagainya. 

Dengan cara dan metode itu, ribuan orang bisa mudah dan cepat memahami teknik dan keindahan orkestrasi angklung itu.

Dalam konser angklung itu ditampilkan film sejarah angklung, dan ucapan I Love Angklung dalam 10 bahasa berbeda di layar LED di lokasi konser.

Ditampilkan pula angklung digital, Angklung Tradigi, dari Restoran Made in Indonesia - Sansico.

Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia, Imron Cotan, mengatakan, kegiatan itu selain untuk memperkenalkan salah satu kebudayaan Indonesia, juga untuk makin mempererat hubungan masyarakat Indonesia-China.

"Kami ingin menunjukkan salah satu kebudayaan tradisional Indonesia, melalui konser angklung ini sekaligus berbagi dan mempererat hubungan masyarakat kedua bangsa," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Tiongkok (PPIT), Bondan Gunawan, mengatakan, konser kolosal enam ribu angklung itu merupakan salah satu bentuk diplomasi budaya untuk mempererat hubungan antarmasyarakat Indonesia dan China.

"Diplomasi itu aspeknya banyak, ada antarpemerintah, antarpelaku bisnis, dan antarmasyarakat.

Diplomasi antarmasyarakat terdiri atas bidang budaya, olahraga dan ilmu pengetahuan. Konser kolosal angklung ini merupakan bentuk diplomasi budaya," katanya menjelaskan.

Konser kolosal 6000 angklung akan dicatatkan pada Guiness Book of Records.

"Sebelumnya telah ada konser kolosal 5.000 angklung yang digelar perwakilan Indonesia di Amerika Serikat pada 2011," kata Winarno.

Direktur Saung Angklung Udjo, Taufik Hidayat, mengatakan, konser angklung itu bentuk pelestarian alat musik bambu khas Indonesia yang telah tercatat sebagai salah satu warisan budaya dunia, The Intangible Heritages UNESCO.

"Syarat untuk dapat bertahan tercatat sebagai warisan budaya UNESCO adalah warisan budaya dimaksud harus terpelihara, terlindungi, terpromosikan dan tergenerasikan," katanya.

(R018/A011)

Pewarta: Rini Utami
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013