Sinai Utara (ANTARA News) - Sekelompok gerilyawan garis keras, Minggu pagi, membom pipa saluran di Sinai utara, yang menyediakan gas alam buat Jordania, kata beberapa sumber keamanan.

"Beberapa pria bersenjata membom satu bagian pipa saluran di Daerah Lehfin di bagian selatan Arish di Sinai Utara dan satu bagian lagi pipa saluran di bagian utara Bandar Udara Internasional Arish," kata satu sumber keamanan sebagaimana dikutip Xinhua, Minggu.

Ia menyatakan pasukan keamanan telah bergegas ke lokasi ledakan.

Serangan tersebut terjadi setelah militer Mesir menggulingkan presiden yang berorientasi Islam Mohamed Moursi pada Rabu (3/7), sebagai reaksi atas jutaan pemrotes yang turun ke jalan dan bundaran umum di seluruh negeri itu. Mereka menuntut pengunduran diri Moursi.

Pendukung Moursi dari kubu Islam mengutuk penggulingan itu dan mencapnya sebagai "kudeta militer" dan berikrar akan mengorbankan diri demi keabsahan Moursi.

Pada Jumat (5/7), lima prajurit tewas di Sinai Utara dalam serangan bersenjata oleh kelompok fanatik terhadap Bandar Udara Arish, satu kamp keamanan di Rafah, satu kantor polisi, dua pos pemeriksaan keamanan di Sheikh Zuwaid dan satu kompleks keamanan.

Sementara itu, bentrokan pada Sabtu antara pendukung Moursi dan penentangnya --yang merayakan penggulingan Moursi-- menewaskan tak kurang dari 35 orang dan melukai lebih dari 1.400 orang di seluruh negeri tersebut.

Pada Sabtu (6/7), partai Salafi di Mesir, An-Nour, menolak penunjukan Mohamed ElBaradei, pemimpin blok oposisi --Front Penyelamatan Nasional, sebagai perdana menteri sementara di negeri tersebut, kata kantor berita resmi Mesir, MENA.

Alasannya ialah tindakan itu akan memperdalam "polarisasi", kata Wakil Ketua An-Nour Bassam Ez-Zarqa sebagaimana dikutip oleh MENA.

Sementara itu, Partai Kebebasan dan Keadilan --sayap politik Ikhwanul Muslimin, asal presiden terguling Mohamed Moursi-- juga menolak pencalonan tersebut, kata harian resmi Al-Ahram edisi daring.

ElBaradei secara resmi ditunjuk sebagai Perdana Menteri sementara negeri itu pada Sabtu pagi (6/7) dan bertugas membentuk pemerintah peralihan. Ia dilaporkan telah mundur dari jabatan ketua Partai Ad-Dostour pada hari yang sama.

Sementara itu Mohamed El-Beltagi, politikus senior Ikhwanul Muslimin, mengatakan setiap orang akan kalah, termasuk Barat, dari kekerasan yang dapat merebak akibat penggulingan Moursi --presiden pertama Mesir yang dipilih sebagai kepala negara dan cuma memerintah selama satu tahun.

Amerika Serikat dan Uni Eropa telah menahan diri dari menyebut penggulingan Moursi oleh militer sebagai kudeta --sebutan yang akan mengakibatkan sanksi terhadap negara yang memiliki kepentingan strategis. Mesir berada di persimpangan tiga benua dan berbatasan dengan Israel.

El-Beltagi mengatakan Eropa dan Amerika telah memperlihatkan diri sebagai sebagai pendukung rejim kejam dan pendukung kaum penindasan.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013