... masih status quo... "
Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat akan meneruskan rencananya mengirimkan empat jet tempur F-16 ke Mesir kendati ada kudeta militer terhadap Presiden Moursi, kata seorang pejabat pemerintah AS, Kamis.

"Ini masih status quo," kata pejabat yang menolak disebut namanya tersebut kepada AFP. Hingga kini Amerika Serikat tidak menyebut yang terjadi di Mesir sebagai kudeta.

Tidak ada keputusan untuk menghentikan pengiriman pesawat tempur itu atau menghentikan bantuan keamanan lain ke Mesir, katanya, meski pemerintah AS telah mengumumkan untuk mengkaji kembali semua bantuan ke Kairo.

Pemerintahan Presiden Barack Obama mengatakan tengah mempelajari apakah pengambilalihan kekuasaan oleh militer tersebut merupakan kudeta, yang menurut hukum di AS, bisa memaksa Washington membekukan semua bantuan ke Mesir.

Kementerian Luar Negeri AS sebelumnya mengatakan pemberian bantuan akan terus mengalir ke Mesir.

"Kami masih membayar tagihan-tagihan tentunya, dan semua program masih terus berjalan," kata jurubicara Jen Psaki kepada wartawan.

Pentagon mengatakan masih tetap akan menjaga hubungan militer dengan Mesir dan bahwa AS menginginkan kembalinya kekuasaan sipil yang demokratis.

"Ke depan, kami akan bekerja sama dengan warga Mesir untuk mendorong pemulihan segera dan bertanggunjawab pemerintahan sipil terpilih yang demokratis dan berkelanjutan," kata Pentagon dalam pernyataannya.

"Dengan kejadian pekan lalu, presiden telah mengarahkan kementerian dan institusi terkait untuk mengkaji bantuan kami bagi pemerintah Mesir."

Pengiriman F-16 tersebut merupakan bagian dari perjanjian persenjataan dengan Mesir yang disepakati pada 2010 untuk memasok 20 jet tempur.

Delapan pesawat tempur sudah dikirimkan pada awal tahun ini dan empat lagi dijadualkan akan dikirimkan pada Agustus, sementara delapan lagi akan dikirim pada akhir tahun, kata pejabat berwenang.

Mesir sejak 1980 sudah menerima lebih dari 220 jet tempur F-16 dan menjadi armada F-16 terbesar keempat di dunia setelah AS, Israel dan Turki.

Gejolak politik yang terus memburuk di Mesir membuat AS bergantung pada hubungan dekat dengan angkatan bersenjata Mesir sebagai saluran utama diplomasi dan komunikasi.

Sejak 2 Juli, Menteri Pertahanan Chuck Hagel sudah melakukan delapan kali percakapan telepon dengan panglima angkatan bersenjata Mesir, Jenderal Abdel Fattah al-Sisi, termasuk percakapan selama 45 menit di telepon, kata jurubicara Pentagon George Little.

"Kami yakin sudah pada tempatnya untuk menggunakan saluran penting yang kami miliki dengan Mesir ini untuk mengungkapkan pandangan dan pikiran kami terkait situasi yang tengah terjadi di Mesir," kata Little, Rabu.

Amerika Serikat setiap tahun menyediakan 1,5 miliar dolar utamanya untuk bantuan militer ke Mesir.

(S022/M014)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2013