Saya tak bisa memahami perubahan yang terjadi pada rakyat yang mulai memandang kami sebagai orang asing yang mau merusak negeri ini, simpati mereka dan perasaan hangat mereka telah sirna
Kairo (ANTARA News) - Seperti ribuan orang Suriah yang harus menyelamatkan diri dari perang saudara di dalam negeri mereka, Abdel Hamid --pria yang berusia akhir 20-an tahun-- mengira Mesir adalah pilihan terbaik mereka.

"Itu adalah negara kembar dengan rakyat yang bersahabat dan fasilitas yang baik, dan selain itu, tak diperlukan visa," katanya.

Namun ia kecewa sebab kebahagiaannya di Mesir tak berlangsung lama. Sejak awal krisis politik baru-baru ini yang menggulingkan presiden dari kubu Islam, Mohamed Moursi, rakyat Suriah di Mesir mulai merasa tak nyaman terutama dengan meningkatnya tuduhan bahwa orang Suriah dan Palestina terlibat dalam demonstrasi dan bentrokan di negara yang dilanda kerusuhan tersebut.

Laporan baru mengenai penangkapan beberapa orang Suriah yang ikut dalam bentrokan itu memicu kehebohan media yang menentang mereka dan meminta mereka agar tidak mencampuri masalah dalam negeri Mesir.

"Saya tak bisa memahami perubahan yang terjadi pada rakyat yang mulai memandang kami sebagai orang asing yang mau merusak negeri ini, simpati mereka dan perasaan hangat mereka telah sirna," Hamid bertanya-tanya.

Ia menambahkan perubahan semacam itu memiliki dampak sangat buruk pada orang Suriah di Mesir; mereka mulai mengkhawatirkan masa depan mereka, demikian laporan Xinhua.

Selama era Mohamed Moursi, rakyat Suriah diperkenankan memasuki Mesir tanpa persyaratan apa pun. Presiden terguling Mesir tersebut juga menawarkan mereka beberapa keuntungan dan hak dalam bidang pendidikan serta perawatan kesehatan.

Namun pada Senin (8/7), Pemerintah Mesir mengharuskan rakyat Suriah yang datang ke Mesir untuk mengajukan permohonan visa, tindakan yang meningkatkan kekhawatiran mengenai nasib pengungsi Suriah di Mesir.

Pemerintah Kairo belakangan tak memberi akses buat ratusan orang Suriah yang ingin datang ke Mesir tanpa visa dan izin keamanan.

Kementerian Luar Negeri Mesir menegaskan ketentuan yang mengharuskan warganegara Suriah memiliki visa masuk berkaitan dengan kondisi peralihan yang saat ini dihadapi Mesir.

Hal yang lebih buruk terjadi pada Juni saat pengungsi Suriah mengalami pukulan keras akibat keputusan mantan presiden Moursi untuk membekukan semua hubungan diplomatik dengan Suriah dan menutup kedutaan besar Suriah di Kairo.

"Tindakan semacam itu oleh Pemerintah Mesir mengejutkan dan disesalkan," kata Jabr Ash-Shufi, pemimpin biro Dewan Nasional Suriah (SNC) di Kairo. Ash-Shufi mengatakan tindakan tersebut telah meningkatkan kekhawatiran dan spekulasi di kalangan rakyat Suriah di Mesir mengenai gangguan keamanan dan pembatasan lebih lanjut.

Ash-Shufi memandang bahwa kebanyakan aksi dan tuduhan media terhadap rakyat Suriah tak berdasar dan adalah hasil dari masa yang membingungkan yang dijalani rakyat Suriah.

Sekelompok perhimpunan dan masyarakat di Mesir mengeluarkan satu pernyataan yang mengutuk perbuatan oleh seorang warganegara Suriah yang ikut dalam bentrokan antara penentang dan pendukung Moursi. Mereka menggambarkan keterlibatan itu sebagai aksi perorangan yang tak mewakili masyarakat Suriah.


Penerjemah: Chaidar Abdullah

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013