Kami kemungkinan akan mengunjungi salah satu barak pengungsi dalam membahas masalah Suriah."
Amman (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry pada Selasa memulai putaran pembicaraan di Yordania dalam upayanya membangkitkan kembali perundingan damai Israel-Palestina serta memberikan perhatian pada krisis di Suriah.

Kerry, yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Yordania Nasser Judeh, menyebut kemungkinan mengunjungi barak pengungsi yang menampung sekira 400.000 pengungsi yang datang ke Yordania untuk menyelamatkan diri dari perang saudara di Suriah, lapor Reuters.

Kerry berada di Yordania dalam kunjungan keenam kali yang dilakukannya ke kawasan Timur Tengah sejak ia mulai menjabat sebagai menteri luar negeri AS pada 1 Februari lalu.

Ia dijadwalkan makan malam bersama Presiden Palestina Mahmoud Abbas di tengah upayanya membawa Palestina dan Israel menuju dibukanya kembali perundingan yang runtuh hampir tiga tahun lalu itu.

Pada Rabu, Kerry akan bertemu dengan para pejabat Liga Arab, yang pada tahun 2002 memunculkan sebuah proposal.

Proposal itu berisi tawaran bahwa Arab akan mengakui Israel secara penuh jika Israel menyerahkan wilayah yang didudukinya dalam perang tahun 1967 dan menerima "penyelesaian adil" bagi para pengungsi Palestina.

Setelah satu putaran diplomasi ulang-alik antara Abbas dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada akhir Juni lalu, Kerry mengatakan "dengan sedikit lagi usaha, dimulainya perundingan terkait status akhir ini bisa dicapai".

Namun, kalangan diplomat dan para analis Timur Tengah menyiratkan kesangsian mereka bahwa Isral dan Palestina akan memulai kembali perundingan damai.

Beberapa kalangan menganggap masalah tersebut tidak terlalu mendesak dibandingkan dengan masalah perang saudara di Suriah, penggulingan Presiden Mesir Mohammadd Moursi oleh militer di negara itu serta program nuklir Iran.

Para pejabat Israel mengatakan mereka tidak tahu rencana apa yang dibawa Kerry dalam kunjungan terbaru menteri luar negeri AS itu di Israel.

Perundingan damai Israel-Palestina buyar pada tahun 2010 karena adanya sengketa soal pembangunan permukiman oleh Israel di wilayah Palestina yang diduduki Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Abbas mengatakan bahwa agar perundingan baru bisa terwujud, Netanyahu harus membekukan pembangunan permukiman serta mengakui tapal batas Tepi Barat sebelum direbut oleh Israel saat perang Timur Tengah 1967 sebagai dasar bagi perbatasan Palestina di masa depan.

Israel menolak syarat-syarat tersebut.

"Kita jelaskan bahwa kita siap segera duduk bersama di meja perundingan tanpa adanya syarat-syarat, dan kita akan merundingkan semuanya," kata Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon kepada para wartawan di Israel utara.

"Bukan bertemu satu kali atau dua kali, tapi lebih kepada perundingan jangka panjang. Pada tahap ini, pihak Palestina tidak mau hadir tanpa mengajukan syarat-syarat dan karena itu, seperti yang terjadi sekarang, prakarsa ini belum berhasil," ujarnya.

Kerry telah berupaya untuk memastikan bahwa proses perdamaian baru apapun akan mendapat dukungan luas dari negara-negara Arab, yang, jika mereka akan menawarkan Israel perdamaian yang menyeluruh, bisa memberikan imbalan yang kuat bagi kompromi-kompromi yang diberikan Israel.

Masalah-masalah utama yang harus dipecahkan dalam sengketa yang telah berlangsung selama enam puluh tahun itu termasuk soal perbatasan, nasib para pengungsi Palestina, masa depan permukiman Yahudi di Tepi Barat serta status Yerusalem.

Kerry menerangkan bahwa masalah perang saudara di negara tetangga Yordania sebelah utara, Suriah, juga merupakan masalah yang ia pikirkan.

"Kami kemungkinan akan mengunjungi salah satu barak pengungsi dalam membahas masalah Suriah," katanya saat berpose bersama Menteri Judeh di sebuah hotel di Amman.

Kerry tidak mengatakan barak mana yang akan dia kunjungi ataupun kapan kunjungan itu akan ia lakukan.


Penerjemah: Tia Mutiasari

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013