Kalau kajian kitab kuning ini digelar pada pagi dan sore hari, sedangkan kegiatan keagamaan lainnya, seperti khataman Al Quran dan praktik ibadah pada siang dan malam hari,"
Pamekasan (ANTARA News) - Para santri di Pamekasan, Madura, Jawa Timur, mendalami kitab kuning selama bulan suci Ramadhan, seperti kegiatan Ramadhan di Pesantren Nasyrul Ulum, Jalan Masjid Bagandan, Kelurahan Jungcangcang, Pamekasan.

"Kegiatan keagamaan mulai pagi hingga malam dan hanya istirahat selama 1 jam di siang hari," kata pengasuh pondok pesantren itu KH Idris Hamid SH MH kepada Antara di Pamekasan, Rabu.

Di bulan Ramadhan, pengurus pondok pesantren Nasrul Ulum memang sengaja menggelar kegiatan khusus yang disebut dengan "Pesantren Ramadhan (Pesrom)".

Selain meningkatkan kegiatan keagamaan, di pondok pesantren yang didirikan pada 1973 oleh KH Hamid Manan Munif ini juga rutin menggelar kajian kitab kuning dan lomba tadarus khataman Al Quran antarsantri sebagai upaya untuk meningkatkan amal ibadah mereka.

"Alhamdulillah ternyata lomba khataman Al Quran ini juga sangat diminati para santri dan santri terbanyak yang khatam Al Quran kita beri hadiah," katanya.

Memang, sambung kiai muda yang pernah nyantri di Pesantren Salafiyah Sidogiri Pasuruan itu, kegiatan lomba khataman Al Quran itu tidak pernah digelar secara terbuka, karena tujuannya memang semata-mata untuk meningkatkan amal ibadah santri.

Khusus untuk kajian kitab kuning, kata kiai Idris ada dua jenis kitab yang menjadi kajian selama Ramadhan, yakni kitab Tanqihul Qoul Al Hadits, kitab Fathul Qorib, dan kitab Uquudu Lujain.

Kitab Tanqihul Qoul Al Hadits adalah jenis kitab kuning atau yang sering disebut oleh kalangan pondok pesantren sebagai "kitab gundung" karena memang tanpa harakat yang membahas tentang hadist-hadis Nabi Muhammad SAW.

Kitab Fathul Qorib sendiri merupakan kitab fiqih yang di dalamnya menjelaskan tentang hukum Islam dan teknis ibadah, seperti shalat, haji, dan zakat.

Sementara itu, kitab Uquudu Lujain banyak membahas tentang pernikahan, hak dan kewajiban suami istri yang sesuai dengan ketentuan syariat Islam dengan menjadikan contoh keluarga Nabi Muhammad SAW.

"Kalau kajian kitab kuning ini digelar pada pagi dan sore hari, sedangkan kegiatan keagamaan lainnya, seperti khataman Al Quran dan praktik ibadah pada siang dan malam hari," kata Kiai Idris.

Pondok Pesantren Nasyrul Ulum asuhan KH Idris Hamid ini didirikan pada tahun 1973. Waktu itu masih berbentuk madrasah diniyah dan selanjutnya berkembang menjadi pondok pesantren pada tahun 1983 setelah banyak santri yang menetap di pondok pesantren itu.

Selain pendidikan nonformal yang khusus mengajarkan kegiatan keagamaan, di lembaga ini juga didirikan lembaga pendidikan formal, yakni mulai dari tingkat taman kanak-kanak, Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).

Pihak pesantren juga memberikan pembinaan khusus kepada anak-anak dari keluarga miskin, terutama anak-anak yatim dengan membebaskan semua biaya pendidikan, termasuk biaya hidup di pondok pesantren itu.

"Kalau anak-anak yatim dan keluarga miskin, semua biaya kami tanggung, termasuk biaya sekolah," tutur Kiai Idris.

(KR-ZIZ/E011)

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013