pihaknya sangat antusias dan serius untuk menjalankan studi terkait dengan pembangunan pabrik yang memakan investasi senilai 1,8 miliar dolar Amerika Serikat...
Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan multinasional yang bergerak di bidang petrokimia Ferrostaal Industrial Projects menggandeng PT Chandra Asri Petrochamical Tbk untuk melakukan investasi pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat.

"Dengan adanya kerjasama ini, kita akan melakukan studi lebih lanjut, namun saya rasa masih memerlukan proses yang panjang," kata Presiden Direktur Chandra Asri Petrochemical Erwin Ciputra, seusai menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Ferrostaal, di Kementerian Perindustrian, Kamis.

Erwin mengatakan, pihaknya sangat antusias dan serius untuk menjalankan studi terkait dengan pembangunan pabrik yang memakan investasi senilai 1,8 miliar dolar Amerika Serikat tersebut.

Untuk persentase investasi, masih belum bisa kita jabarkan, karena harus melalui pembelajaran terlebih dahulu," ujar Erwin.

Erwin mengatakan, untuk mewujudkan investasi tersebut, dibutuhkan juga alokasi gas untuk industri, dan untuk memulai pembangunan pabrik tersebut juga terkait dengan kepastian alokasi gas itu.

"Kementerian Perindustrian sudah membantu kita untuk meminta pasokan gas, untuk membangun pabriknya juga tergantung pasokan gas tersebut," kata Erwin.

Erwin mengatakan, untuk tahun 2013 ini pabrik tersebut masih belum akan mulai untuk dibangun, selain masih menunggu alokasi gas, dia menyatakan bahwa proses studi yang akan dilakukan perlu memakan waktu cukup lama.

"Jika tidak ada pasokan gas, mungkin saja terancam batal, gas sangat penting," ujar Erwin.

Sementara itu, Senior Executive Manager Ferrostaal AG, Soenke Gloede, mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu konfirmasi untuk alokasi gas, dan saat ini sudah dalam proses.

"Kita harapkan bisa dialokasikan segera, dan kita mendapatkan konfirmasi secepatnya," ujar Gloede.

Menurut Gloede, untuk pembangunan pabrik tersebut akan memakan waktu kurang lebih tiga tahun, dan diharapkan bisa mulai beroperasi pada tahun 2019 mendatang.

"Kami menargetkan fasilitas tersebut bisa mulai beroperasi pada tahun 2019, untuk pembangunan memakan waktu tiga tahun karena berlokasi di Papua yang aksesnya masih sulit," ujar Gloede.

Pabrik yang akan dibangun di Teluk Bituni, Papua Barat tersebut akan memproduksi methanol berbahan baku gas bumi, yang hasilnya akandimanfaatkan sebagai bahan baku di pabrik polypropylena dan etilena.


Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013