Jakarta (ANTARA News) - Para pakar khawatir kosakata anak menjadi berkurang akibat pola belajar yang kini memanfaatkan pesan elektronik, pesan singkat, dan komputer.

Alasannya, karena otak kita dirancang untuk belajar kata-kata baru yang kita dengar dari percakapan sehari-hari.

Namun, kini anak lebih banyak belajar dengan ponsel pintar, tablet, dan komputer, dibandingkan mendengarkan penjelasan guru dan orangtua, sehingga generasi muda tidak punya kesempatan mendengar beragam kosakata, ujar pakar.

Seperti dikutip dari laman Daily Mail, para pakar mengklaim bahwa tradisi mengajarkan ilmu pengetahuan secara lisan telah terkikis karena baik anak maupun orang dewasa menghabiskan banyak waktu di depan layar.

Marco Catani dari Institut Psikiater di London mengatakan, "kita lebih jarang bercakap-cakap dan anak-anak kita belajar lewat gadget. Mereka punya akses internet, iPhone, telepon genggam, dan tablet komputer. Mereka lebih visual daripada auditory sehingga sepertinya mereka akan memiliki rata-rata kosakata lebih sedikit dibandingkan generasi sebelumnya."

Penggunaan komputer secara konstan telah dijadikan alasan mengapa generasi muda tidak terlalu fokus, lebih egois, dan memiliki budaya puas akan sesuatu yang instan.

Penelitian Catani menyimpulkan bahwa anak yang belajar dari gambar di layar akan lebih sulit belajar kosakata dibanding yang belajar dengan mendengarkan percakapan.

Dalam sebuah studi, 27 otak relawan dipindai saat mereka sedang mempelajari sebuah kata. Ternyata, kuncinya adalah mendengar dan meniru kata tersebut secara verbal untuk dapat mengerti sebuah kata baru.

"Saat belajar kata baru, kau memulainya dengan mendengar bunyinya, lalu kau ulangi itu sampai kau bisa mengucapkannya dengan benar. Lewat proses ini kosakatamu bertambah mulai dari umur setahun hingga kau mengerti 30.000 kosakata saat dewasa."

Hasil pindaian itu mengungkapkan bahwa satu area otak, arcuate fasciculus, sangat penting dalam proses belajar. Bagian berisi syaraf-syaraf itu menghubungkan dua bagian yang berfungsi dalam berbahasa, satu bagian untuk mendengar dan mengartikan bunyi, dan satu lagi yang menggerakkan mulut untuk berbicara.

Penelitian tersebut menemukan bahwa relawan yang memiliki arcuate fasciculus yang kuat dapat lebih mudah belajar kata-kata baru. Saat sebuah kata terdengar familier, kata-kata tersebut disimpan di bagian lain dalam otak.

Penemuan yang dilaporkan dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menunjukkan bahwa mendengar, mengulang, dan percakapan adalah hal-hal penting dalam belajar bahasa.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013