Yang paling penting sekarang Mesir memasuki transisi,memungkinkan peralihan kekuasaan kepada satu pemerintah sipil yang dipilih secara demokratis."
Doha (ANTARA News) - Qatar, pendukung kuat pemberontakan Arab Spring dan pendukung presiden terguling Mesir Mohammad Moursi mendukung seruan internasional bagi pembebasannya dari tahanan sementara menyatakan cemas atas aksi kekerasan yang melanda Mesir.

Kantor berita resmi Qatar QNA Selasa malam mengutip pernyataan seorang pejabat Kementerian Luar Negeri mengatakan Qatar "prihatin atas perkembangan-perkembangan di Mesir terutama dengan meningkatnya jumlah warga sipil yang jadi korban", lapor AFP.

Pejabat kementerian itu mengatakan pihaknya "terkejut dengan penahanan yang terus dilakukan terhadap presiden terpilih Mohammad Moursi yang mengancam keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh pemberontakan 25 Januari (2011)" yang memaksa mantan penguasa Mesir Hosni Mobarak disingkirkan dari jabatannya.

Sejak militer menggulingkannya 3 Juli Moursi dan para pembantu pentingnya termasuk para pemimpin Ikhwanul Muslimin ditahan.

Para pemimpin sementara Moursi ditahan di satu "tempat yang aman" untuk keamanannya sendiri.

Qatar, di bawah pemerintah sebelumnya Sheikh Hamad bin Khalifa al-Thani, memberikan dukungan penting politik dan keuangan kepada pemerintah Moursi. Bulan lalu Sheikh Hamad menyerahkan tahtanya kepada putranya Sheikh Tamim.

Segera setelah Moursi digulingkan, Qatar secara hati-hati menyambut Adly Mansour yang diangkat oleh militer sebagai presiden sementara.

Pejabat Kemlu Qatar, yang tidak disebut namanya, menyeru "satu solusi politik berdasarkan dialog persatuan nasional" untuk menyelesaikan krisis politik di Mesir.

Tetapi ini "tidak dapat dicapai dengan absennya salah satu dari partai-partai dalam dialog dan tetap ditahannya para pemimpin mereka," kata pejabat itu.

Penggulingan presiden dari kelompok Islam itu memicu aksi kekerasan di Mesir tempat lebih dari 100 orang tewas.

Banyak aksi kekerasan terjadi dalam bentrokan di jalan-jalan antara para pendukung dan penentang Ikhwanul Musliminnya, yang didukung Qatar.

Amerika Serikat, Jerman, PBB dan Uni Eropa semuanya menyerukan pembebasan Moursi.

"Yang paling penting sekarang Mesir memasuki transisi,memungkinkan peralihan kekuasaan kepada satu pemerintah sipil yang dipilih secara demokratis," kata para menteri luar negeri Uni Eropa, Senin.

Mereka mengeluarkan sejumlah tuntutan termasuk "pembebasan semua tahanan politik terasuk Mohamed Moursi".

Komisioner Tnggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay, memanggil duta besar Mesir untuk Jenewa bulan ini dan mengirim surat kepada para penguasa baru di Kairo menuntut penjelasan tentang penahanan Moursi.

Sementara itu, stasiun televisi Al-Jazeera, yang dikritik oleh para penentang Moursi karena mendukung Ikhwanul Muslimin dalam liputannya, mengecam apa yang disebutnya satu "kampanye fitnah" terhadapnya di Mesir.

Al-Jazeera "mengecam tekanan yang terus dilakukan pihak berwenang Mesir terhadap tim jaringan itu dengan menggunakan berbagai cara untuk pekan ketiga secara berturut-turut" kata stsiun televisi di lamannya.

Jaringan stasiun televisi itu juga memperingatkan bahwa kampanye fitnah oleh media Mesir "menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan kebebasan para karyawan jaringan itu."

Stasiun televisi itu mengatakan para wartawannya dilarang meliput konferensi pers di Mesir Senin dan tim-timnya "diancam " dan diadili atas tuduhan-tuduhan yang direkayasa".

"Al-Jazeera sedang bersiap mengajukan gugatannya terhadap sejumlah institusi yang akan diumumkan kemudian," kata juru bicaranya Ghassan Abu Hussein dalam satu pernyataan.

Ia mengutuk penahanan terhadap juru kameranya Mohammed Badr dan satu "serangan oleh penyerang tidak dikenal" terhadap produser Mohamemd Farhat di kairo yang menyebabkan ia harus dirawat secara intensif selama dua minggu.

Ia mengatakan pihak berwenang belum mengembalikan peralatan Al -Jazera yang disita 3 Juli.


Penerjemah: Rafaat Nurdin

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013