antara tahun 2020 hingga 2030 Indonesia akan memperoleh jendela peluang dari besarnya kelompok usia muda.Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Jalal mengatakan tren bonus demografi peningkatan penduduk usia muda yang besar hingga tahun 2030 bisa menjadi jendela peluang.
"Bisa menjadi jendela-jendela peluang jika dikelola dengan baik," kata Fasli Jalal di Jakarta, Jumat.
Fasli menjelaskan antara tahun 2020 hingga 2030 Indonesia akan memperoleh jendela peluang dari besarnya kelompok usia muda. Jendela peluang tersebut bisa menjadi kenyataan jika memenuhi beberapa syarat yakni pertama sumber daya manusia yang berkualitas dan yang kedua bisa terserap di pasar kerja.
Ketiga adanya tabungan rumah tangga dan yang keempat meningkatnya porsi perempuan dalam pasar kerja.
Keempat persyaratan tersebut, kata Fasli, harus terpenuhi agar peningkatan kelompok usia muda bisa menjadi peluang dan bukan menjadi ancaman bagi kelanjutan pembangunan.
Untuk bisa memenuhi persyaratan tersebut, kata dia, pemerintah melalui lintas sektor, terus melakukan berbagai upaya diantaranya membuat kebijakan unggulan di bidang pendidikan dan pembangunan kesehatan.
Selain itu, pemerintah juga membuat kebijakan tentang penyerapan tenaga kerja dan peningkatan tabungan. Ditambah lagi, pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya terkait pemberdayaan perempuan dan pengarusutamaan gender.
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013
Setelah beberapa thn terakhir mengikuti perdebatan tentang IQ/Kecerdasan manusia di websites sedunia , saya mendapat kan jawaban untuk semua permasalahan kita dalam upaya mencerdaskan bangsa kita. Kecerdasan/IQ ternyata sangat dpengaruhi factor genetic (80%)/keturunan. Bakhkan pendidikan formal/informal konvensionalmasih kita anut ternyata tidak banyak /gagal memperbaiki keceerdasan bangsa seperti terbukti dari data statistic bahwa setelah 68 th merdeka persentase penduduk berpendidikan Strata I tidak lebih dari sekitar 4 % dan sebagian besar masih berpendidikan tidak tamat SD, seperti yg Anda nyatakan mengomentari Bonus Demografi 2020-30. Semua kenyataan ini menunjukkan bahwa pendekatan kita melalui pendidikan telah gagal, dan yang dapat memperbaiki situasi ini adalah sbg berikut.
Besarnya perentase penduduk ber pendidikan rendah adalah akibat dari masa penjajajahan yang telah membiarkan kondisi kecerdasan rendah karena VOC dan Pem Hindia Belanda hanya memerlukan manusia kuli/budak pekerja perkebunan . Pendidikan yang diadakan hanya bertaraf SD 2-3 tahun. Hanya sebagian kecil turunan Bangsawan dan Priyayi terseleksi untuk membantu Belanda memandori pribumi/kuli mereka mendapat kesempatan berpendidikan HIS ,HBS , AMS dsb bahkan Beberapa Perguruan tinggi. Mereka ini elite yang sejak dulu ya sekitar 4% tadi karena mereka mewarisi kecerdasan dari kedua orang tuanya yang memang lapisan tercerdas bangsa dari turunan bangsawan , Pendidikan hanya memberikan kompetensi dan kerampilan dalam berbagai profesi. Pendidikan juga ternyata hana merupakan suatu proses seleksi atas dasar criteria kecerdasan , jadi seluruh proses seleksi penerimaan, ujian semesteran sampai ujian akhir berbagai strata pendidikan tidak lain merupakan cara menjaring para cendekia dan mengelompokkannya kedalam berbagai strata. Sedang kecerdasan mereka masing-masing tidak banyak berubah sejak dilahirkan, masa kanak2 sampai remaja dan dewasa. Disinilah peranan pak Fasli sebagai pejabat pemangku kebijakan dalam bidang pendidikan dan sekarang BKKBN untuk mengubah mindset pendidikan sebagai cara mencerdaskan bangsa menjadi hanya cara seleksi dan stratifikasi cendekia. Sedangkan cara terpenting (nyaris satu-satunya) adalah melalui pewarisan sifat2 genetik kecerdasan malalui proses reproduksi. Saya pernah sarankan agar kepada para cendekia berusaha menurunkan kecerdasan kepada sejumlah maksimal kemampuan anak-anak mereka dan tidak justru cepat-taat kepada saran dua cukup. Harus mereka mewarisi beban tugas Negara yang sangat penting untuk menembah persentase/jumlah anak bangsa cerdas cendekia melalui daya reproduksi mereka. KemenDikBud dapat membantu melalui beasiswa mhs sampai tamat S1-3bagi semua anak2 para cendekia.
Untuk BKKBN silahkan mencari cara etis yang tidak berkesaan diskriminatif agar para cendekia tidak semudah itu melepaskan tugas reprodusi kecerdasannya yang sebenarnya ditujukan kepada lapisan bawah masyarakat kita. Bonus Demografi yang akan datang 10 tahun lagi mungkin masih dapat kita raih kalau BKKBN dapat segera menemukan suatu pendekatan kepada para GenRe untuk diberi semangat agar dalam memasuki usia produktif juga termasuk bersemangat reproduktif menghasilkan sejumlah maksimal anak-anak bangsa yang cerdas. Sedangkan persentase besar kelompok umur produktif memang sudah terlanjur akan tidak lagi dapat diubah persentase cendekiany a yang sudah terterlanjur hanya akan dihasilkan oleh lapis cendekia yang melahirkannya sekitar 15 tahun jang lalu, yang persentasena mash sangat rendah. Segala upaya lain melalui cara lain diluar cara reproduktif tidak akan banyak mengubah komposisi kecerdasan yang akan tergambar dalam berbagai ketrampilan dibawah lapis profesi yg hanya sanggup disandang para sarjana. Untuk lapisan penduduk miskin yang sudah terlahir saran saya agar pemerintah dapat mnyediakan sarana dalam bentuk pekerjaan yang sesuai dengan tingkat kecerdasannya agar dapat berperan dalam mensejahterakan keluarga mereka masng-masing dan penduduk sekitarna.
Sekian dan terima kasih atas perhatiannya. WssWrWb.
Harimurti Martojo, (Prof Emeritus IPB) email : hmarto@indo.net.id