Cilacap (ANTARA News) - Kondisi jalan yang mulus pasti diharapkan semua orang guna memperlancar perjalanannya dari satu daerah ke daerah lainnya.

Demikian pula yang diharapkan warga Kabupaten Cilacap dan Banyumas yang wilayahnya dilalui jalur selatan Jawa Tengah yang merupakan ruas jalan nasional.

Di jalur selatan Jateng yang menghubungkan wilayah Jawa Barat dengan Daerah Istimewa Yogyakarta ini, terutama yang melintasi Kabupaten Cilacap dan Banyumas, selain banyak terdapat kerusakan, kondisinya juga berliku dan sebagian ruas jalannya masih sempit.

Kondisi tersebut sering menjadi pembicaraan para pengguna jalan termasuk penumpang bus jurusan Jakarta-Cilacap yang melalui jalur selatan Jabar-Jateng.

"Kalau kita mau ke Majenang, tidak usah khawatir kebablasan meskipun tertidur sejak keluar dari Jakarta, karena begitu memasuki wilayah Cilacap di perbatasan Jabar-Jateng, guncangan kendaraan yang kita tumpangi pasti akan terasa kuat," kata salah penumpang bus, Abdul (50), di Cilacap, Sabtu (27/7).

Menurut dia, hal itu disebabkan kondisi jalan di jalur selatan Jateng yang bergelombang, banyak tambalan, dan masih terdapat lubang di beberapa titik.

Ia mengatakan bahwa kondisi tersebut jauh berbeda dengan jalur selatan Jabar yang mulus.

"Kalaupun ada tambalan atau bergelombang, itu hanya di beberapa titik seperti di tanjakan Gentong, ruas Cihaurbeuti, dan Ciamis. Kalau di jalur selatan Jateng, mulai dari batas Jabar, tambalannya sangat banyak," katanya.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa kondisi jalur selatan Jateng saat ini jauh lebih baik dibanding satu bulan lalu yang banyak mengalami kerusakan sehingga tidak nyaman saat dilalui kendaraan.

Akan tetapi, dia mengaku heran karena perbaikan jalan nasional ini sering kali terkesan dikebut saat menjelang lebaran.

"Kalau memang ada perbaikan rutin, kenapa harus menunggu hingga menjelang lebaran. Padahal, seharusnya rutin dilakukan setiap kali ada lubang, jangan sampai menunggu kondisinya rusak parah," katanya.

Muatan Lebihi Tonase

Dalam suatu kesempatan, mantan Kepala Balai Pelaksana Teknis (BPT) Bina Marga Wilayah Cilacap (pensiun pada 1 Juli, red.) Edy Gunawan mengatakan bahwa salah satu penyebab kerusakan ruas jalan nasional di jalur selatan Jateng adalah muatan kendaraan melebihi tonase yang telah ditentukan.

"Kami tidak bisa melarangnya, karena bukan kewenangan kami. Tugas dan tanggung jawab kami hanyalah memperbaiki jalan yang rusak," kata dia saat masih menjabat Kepala BPT Bina Marga Wilayah Cilacap.

Oleh karena itu, kata dia, BPT Bina Marga Wilayah Cilacap akan berupaya memperbaiki jalur selatan Jateng agar nyaman dilalui oleh pemudik saat arus mudik dan balik Lebaran 2013.

Saat ditemui usai Rapat Koordinasi Persiapan Lebaran 2013 di Pendopo Wijayakusuma Cakti, Kabupaten Cilacap, Selasa (23/7), Kepala Seksi Jalan BPT Bina Marga Wilayah Cilacap Esep Sutresna mengatakan bahwa pihaknya optimistis seluruh ruas jalan provinsi dan nasional pada H-10 Lebaran bebas dari lubang.

Kendati demikian, dia mengakui bahwa beberapa kerusakan masih dapat ditemui di jalur selatan Jateng seperti di ruas Jatilawang (Banyumas), ruas Lumbir (Banyumas) pada Km 54 hingga Km 56, dan ruas Majenang (Cilacap) pada Km 79 hingga Km 86.

"Semua tahu, musuhnya aspal itu adalah hujan, sedangkan hujan masih terus berlangsung. Selain itu, perilaku berlalu lintas yang muatannya melebihi tonase, sehingga mempercepat kerusakan jalan," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya setiap hari melakukan kegiatan perbaikan pada ruas jalan rusak tersebut.

Akan tetapi, lanjut dia, pada ruas jalan nasional di jalur selatan Jateng antara batas Jawa Barat hingga Sampang tidak ada perbaikan jalan yang dikontrakkan kepada rekanan.

"Perbaikan pada ruas jalan sepanjang 84 kilometer antara batas Jabar hingga Sampang, semuanya rutin, tidak ada yang dikontrakkan karena kontraknya dibatalkan," katanya.

Dalam hal ini, dia mencontohkan paket pelebaran jalan Karangpucung-batas Jabar yang kontraknya dibatalkan, yakni pada Km 86+200 hingga Km 98 dan Km 104 hingga Km 107.

Informasi yang dihimpun, pembatalan proyek pelebaran jalan tersebut karena adanya tender ulang yang dilakukan di pusat.

Meskipun demikian, Esep mengatakan bahwa ruas Jalan Raya Panulisan-batas Jabar di depan pabrik pengolahan kayu PT Waroeng Batok Industry telah ditambal.

"Sebelumnya, ruas jalan tersebut rusak cukup parah, sekarang sudah kami tangani dengan ditambal. Meskipun tidak mulus, yang penting aman dilalui," katanya.

Dari pantauan di sepanjang jalur selatan Jateng antara Rawalo hingga batas Jabar, Sabtu (27/7), sejumlah titik kerusakan di ruas jalan nasional ini sudah diperbaiki.

Beberapa titik kerusakan yang telah diperbaiki dengan cara penambalan, yakni ruas Jalan Raya Panulisan, Kecamatan Dayeuhluhur, Cilacap, yang berada di perbatasan Jateng-Jabar.

Selain itu, di ruas jalan yang melintasi Kebun Warnasari, Desa Madura, Kecamatan Wanareja, Cilacap, juga telah ditambal.

Meskipun tidak nyaman dilalui, kondisi tersebut jauh lebih baik dibanding sebelumnya yang banyak terdapat lubang.

Kendati demikian, di beberapa titik masih terdapat beberapa lubang kecil yang tidak ditutup aspal sehingga dikhawatirkan akan semakin membesar jika terus diguyur hujan dan dilalui kendaraan yang muatannya melebihi tonase.

Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dinhubkominfo) Cilacap Uong Suparno mengakui salah satu penyebab kerusakan jalur selatan Jateng adalah "dump truck" berukuran besar yang mengangkut pasir besi dari Jabar menuju Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap.

"Namun sekarang truk pengangkut pasir besi dari Jabar sudah tidak beroperasi lagi sejak beberapa bulan lalu. Saat ini, hanya truk-truk berukuran kecil yang mengangkut pasir besi dari wilayah timur Cilacap," katanya.

Oleh karena itu, dia mengimbau truk-truk pasir besi tidak beroperasi pada H-7 hingga H+7 Lebaran demi kelancaran arus mudik dan balik Lebaran 2013 di Cilacap.

Menurut dia, truk pasir besi yang jumlahnya puluhan unit dan dalam sehari bisa ratusan kali melintas itu dikhawatirkan dapat mengganggu kelancaran arus mudik karena muatannya berkisar 13--14 ton sehingga jalannya pelan.

Truk ini mengangkut pasir besi dari pesisir pantai selatan Jateng di Kecamatan Nusawungu, Binangun, dan Adipala untuk dibawa ke sejumlah tempat penampungan di Cilacap dengan melalui Jalur Lintas Selatan Selatan (JLSS) Jateng yang merupakan jalur alternatif penghubung Cilacap dengan Yogyakarta dan masuk ke jalur utama Cilacap-Yogyakarta.

"Kami perkirakan pemudik akan memilih menggunakan jalur alternatif guna menghindari kemacetan di jalur utama atau jalur selatan Jateng," kata Uong.

Saat ini, kata dia, sejumlah jalur alternatif telah disiapkan guna mengantisipasi kemacetan di jalur selatan Jateng, di antaranya Cukangleleus-Sidareja-Wringinharjo-Jeruklegi-Cilacap/Wangon, Cukangleleus-Sidareja-Wringinharjo-Karangpucung, Karangpucung-Wringinharjo-Jeruklegi-Cilacap/Wangon, serta Wanareja-Salebu-Majenang.

Bagi pemudik yang datang dari arah Pangandaran, Jawa Barat, dapat melalui jalur lintas selatan selatan (JLSS) Jateng, yakni Rawa Apu-Sidareja-Jeruklegi-Cilacap/Wangon.

Selain itu, pemudik yang datang dari arah Jabar dapat melalui jalur alternatif Kota Banjar (Jabar)-Langensari-Wanareja atau Kota Banjar-Langensari-Kedungreja-Sidareja-Jeruklegi-Wangon/Cilacap, sedangkan pemudik dari arah Jabar yang hendak menuju wilayah Pantura Jateng dapat menggunakan jalur alternatif Majenang-Salem-Bumiayu (Kabupaten Brebes) tanpa melalui Wangon.

Sementara bagi pemudik yang menggunakan jalur alternatif yang melintasi ruas Sidareja-Jeruklegi-Wangon/Cilacap dan hendak menuju Yogyakarta, dapat memilih jalur alternatif pada ruas JLSS Jateng dengan melalui rute Cilacap-Adipala-Jetis-Ayah-Karangbolong-Petanahan-Kulon Progo.

Selain itu, pemudik juga bisa menggunakan jalur alternatif Cilacap-Kesugihan-Maos-Sampang (Sampang di jalur selatan Jateng, red.) atau Cilacap-Adipala-Kroya-Buntu (Buntu di jalur selatan Jateng, red.).

"Kami juga telah memasang 150 rambu-rambu, beberapa di antaranya penunjuk arah jalur alternatif," katanya.

(KR-SMT/Z003)

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013