Mereka tidak yakin, tapi bisa jadi itu luka akibat bahan kimia yang membakar kulit dari dalam ke luar, atau reaksi alergi ekstrim.
Perth (ANTARA News) - Seorang bocah SD di Perth saat ini menjalani perawatan spesialis luka bakar gara-gara tato "temporary" yang dia pakai saat liburan di Bali.

Blake Laufer (9) meminta ijin pada orang tuanya agar dibuatkan tato temporer bergambar naga pada sebelum pulang ke Perth begitu melihat bocah lain dengan tato hena di Seminyak.

Namun, dua minggu kemudian tato tersebut berubah menyerupai luka bakar akibat bahan kimia, lengan Blake melepuh dan terbakar.

"Mereka tidak yakin, tapi bisa jadi itu luka akibat bahan kimia yang membakar kulit dari dalam ke luar, atau reaksi alergi ekstrim," kata Ibunya Helen Devey.

Luka Blake dicek setiap dua hari sekali di unit luka bakar Rumah Sakit (RS) Princess Margaret, orang tua Blake ingin keluarga lain menyadari bahaya tato.

"Waktu itu kami pikir pria itu menggunakan tato henna, tapi rupanya bukan. Kami pasti tak akan mengijinkan kalau tahu risikonya begini. Doktor mengatakan bahan yang digunakan bisa jadi campuran minyak tanah dan semir sepatu," kata Devey.

Ibu Davey menyarankan agar tato henna digunakan setipis mungkin. Semir sepatu digunakan untuk mempertebal warna hitam. Harga tato temporer sekitar 10 dolar Australia atau Rp95.000.

Mei lalu, ayah dari bocah 11 tahun di Australia Barat mengatakan puteranya menderita bekas luka setelah ditato temporer di Kuta.

Sama seperti Blake, kondisinya baru diketahui setelah pulang ke Perth. Doktor mengatakan bekas luka itu akan terlihat setidaknya 12 bulan.

Pada 2011, bocah delapan tahun asal Perth mengalami sensasi terbakar 15 menit setelah ditato henna.

Ibunya mengatakan saat ditato tidak terjadi reaksi apa-apa, tapi lama-lama si anak jadi sangat kesakitan.

Ms Davey mengatakan bahwa dokter Blake tidak mengesampingkan cangkok kulit untuk memperbaiki kerusakan. Demikian diberitakan situs au.news.yahoo.com.

"Blake takut dengan apa yang mungkin terjadi. Tidak ada orang tua yang ingin anaknya mengalami ini," katanya

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013