Jakarta (ANTARA News) - Wakil Ketua Komisi I DPR RI Ramadhan Pohan mendesak Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) agar bertindak tegas terhadap Trans TV yang menyiarkan "Ala Chef" sebagai acara tak patut ditayangkan selama bulan Ramadhan.

"Sebagai pimpinan Komisi I DPR RI yang membidangi penyiaran, saya prihatin dan mengajukan protes terhadap program "Ala Chef" di Trans TV. Presenter Priscilya Princessa sebagai chef pembawa acara berbusana terlalu vulgar dan seronok dalam tayangan Minggu pagi (28/7)," kata Ramadhan melalui pesan elektronik yang diterima di Jakarta, Selasa.

Dia menyesalkan acara yang menampilkan sisi vulgar tersebut disiarkan di Bulan Suci Ramadhan.

"Program tersebut beberapa kali menyorot belahan dada chef yang memakai pakaian terbuka. Hal itu jelas melanggar Standar Program Siaran KPI," kata politisi Partai Demokrat itu.

Menurutnya, KPI telah tegas melarang eksploitasi bagian-bagian tubuh yang tak pantas termasuk belahan dada, baik secara "close-up" (jarak dekat) maupun "medium close-up" (jarak menengah-dekat). "Maka dari itu KPI harus cepat bertindak."

Selain itu, Trans TV dianggapnya telah menyalahi aturan klasifikasi tontonan kategori Remaja dan Bimbingan Orang Tua.

"Terlebih lagi klasifikasi tontonan ini adalah Remaja plus Bimbingan Orang Tua yang sudah jelas melanggar dan tidak pantas ditonton remaja dan anak-anak. KPI harus memberikan sanksi yang sangat tegas terhadap Trans TV agar tindakan penayangan semacam ini tidak terulang kembali," kata dia.

Bahkan lebih ekstrim lagi dia mengusulkan agar tayangan "Ala Chef" untuk tidak disiarkan lagi.

"Siaran seperti itu dengan tampilan tak senonoh sangat tidak etis di bulan puasa. Jika pihak televisi tetap membandel sebaiknya siaran `Ala Chef` itu dihentikan saja," katanya.

Komentar miring terhadap tayangan televisi di bulan Ramadhan tidak hanya dilayangkan oleh politisi Partai Demokrat itu saja.

Sebelumnya, Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla menyoroti perihal tayangan komedi Ramadhan di televisi.

"Saya pikir beberapa tayangan komedi kurang sesuai dengan konteks bulan puasa. Bolehlah komedi, bercanda atau sejenisnya tapi janganlah yang bersifat konyol," kata mantan Wakil Presiden Indonesia itu.

Secara pribadi, pria yang akrab dipanggil JK itu lebih menyukai tayangan pengajian dari Quraish Shihab yang memiliki sisi edukasi berkualitas.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013