Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah manajemen Perusahaan Otobus (PO) meminta instansi pemerintah, termasuk perusahaan BUMN, untuk melibatkan mereka dalam program "mudik gratis", guna meminimalkan kerugian PO karena penurunan jumlah penumpang pada setiap arus mudik.

Pengurus PO Sanjaya, Peter Sitepu, di Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa, mengeluhkan sikap perusahaan BUMN yang lebih memilih bus pariwisata untuk melayani pemudik dalam program mudik gratis.

Hal itu juga dilakukan oleh berbagai perusahaan swasta terkemuka, kata Peter.

"Kami mengalami kerugian karena penurunan jumlah penumpang. Bus-bus kami tidak dipilih. Penyelenggara mudik gratis lebih memilih bus pariwisata yang kualitasnya sebenarnya diragukan," katanya.

BUMN dan perusahaan swasta yang sudah mengadakan mudik gratis sejak beberapa tahun yang lalu ini, kata Peter, semakin terkesan tidak peduli dengan nasib PO-PO yang harus "gigit jari" karena mengalami penurunan omzet.

"Sopir dari PO saya sudah tiga hari di sini karena sepinya penumpang, jadi bus dari PO saya tidak berangkat-berangkat. Apa yang harus dikatakannya kepada keluarganya nanti saat Lebaran," kata Peter.

Peter menilai, pihaknya dapat memperoleh keuntungan jauh lebih besar saat reguler non-arus mudik dibanding saat momentum banyak orang pulang kampung seperti saat ini.

"Jika waktu non-Lebaran, pendapatan stabil. Sekarang, setelah berangkat dari sini dengan sedikit penumpang, saat kembali ke sini juga bus kami bisa saja kosong," katanya.

Pada H-2, Selasa (6/8) ini, kata Peter, jika jumlah penumpang tetap saja menurun, pihaknya berani menurunkan harga tiket hingga 50 persen, dari tarif Rp300 ribu menjadi Rp150 ribu untuk ke Surabaya, Jawa Timur.

"Jika Mas mau pulang tapi hanya punya Rp150 ribu, tidak apa-apa deh, naik bus saya, daripada tidak berangkat sama sekali," ujarnya.

Peter mengatakan PO Sanjaya di Terminal Pulogadung melayani rute ke berbagai kota di Jawa Timur dengan kelas eksekutif.

Senada dengan Peter, Pengurus PO Pahala Kencana di Terminal Pulogadung, Garsinih, mengatakan karena sepinya penumpang, pihaknya mengurangi jumlah bus dari sembilan armada menjadi tiga-empat bus reguler per harinya.

"Sudah nasib Mas, penumpang berkurang drastis. Saya pun berani menurunkan harga tiket dari Rp300 ribu menjadi Rp200 ribu atau Rp175 ribu," kata Garsinih.

Kepala Tata Usaha Terminal Pulogadung mengatakan sejak Senin (5/8), gejala penurunan harga tiket oleh PO-PO yang menyediakan bus ekeskutif sudah mulai terlihat di Terminal Pulogadung.

Sementara itu, Pelaksana Harian Kepala Terminal AKAP Pulogadung Adjie Kusambarto mengatakan selain banyaknya program mudik gratis, jangka waktu libur Lebaran yang lama juga menyebabkan jumlah pemudik menurun drastis dan membuat kondisi Terminal cenderung sepi penumpang.

Jumlah pemudik yang berangkat dari Terminal Pulogadung, Jakarta Timur, sejak Kamis (1/8) hingga Selasa (6/8) menunjukkan penurunan sekitar 55 persen dibanding periode yang sama pada arus mudik 2012.

(I029/I007)

Pewarta: Indra A
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013