Kairo (ANTARA News) - Para pendukung presiden terguling Mohammad Moursi mengadakan unjuk rasa di Kairo pada Kamis untuk merayakan libur Idul Fitri dan menuntut pemulihan jabatannya sementara militer menahan diri untuk membubarkan aksi mereka.

Istri Moursi, Naglaa Mahmoud, yang jarang terlihat di depan umum ikut serta dalam unjuk rasa itu dan berbicara di hadapan para demonstran di Kairo dengan menyerukan suaminya diizinkan kembali ke tampuk kekuasaan sementara para peserta unjuk rasa menyambut pidatonya dengan teriakan, "Kembali! Kembali," lapor Reuters.

Sebaliknya kerumunan orang juga memenuhi Alun-alun Tahrir untuk menunjukkan dukungan bagi militer dan pemerintahan sementara yang diangkatnya setelah menggulingkan Moursi lima pekan lalu.

Krisis politik telah mencapai fase baru yang berbahaya menyusul gagalnya usaha internasional pekan ini untuk menjembatani jurang pemisah antara dua pihak dan mengindari pertumpahan darah.

Tetapi libur Idul Fitri selama empat hari mulai Kamis berlangsung dengan suasana pada umumnya damai dan penuh kegembiraan. Tak ada laporan tentang kekerasan terjadi.

Syeh Gomaa Mohamed Ali memimpin shalat Eid di Alun-alun Tahrir dan berceramah yang menyerukan jangan terjadi pertumpahan lebih lanjut. Dia mengimbau para pendukung Moursi untuk meninggalkan kamp-kamp protes mereka di Masjid Rabaa Al-Adawiay dan Nasr City, Kairo.

Presiden Sementara Adly Mansour pada Rabu memperingatkan para pemerotes supaya meninggalkan kamp-kamp itu atau menghadapi tindakan, dengan mengatakan kesabaran pemerintah sudah habis. Dia juga menyatakan bahwa usaha mediasi oleh utusan-utusan Amerika Serikat, Eropa dan Arab telah gagal.

Namun, seorang yang terlibat dalam usaha diplomasi itu mengatakan penguasa dan Ikhwanul Muslimin tempat asal organisasi Moursi harus mundur dari konfrontasi dan melaksanakan langkah-langkah membangun kepercayaan yang dapat menjamin pada satu penyelesaian lewat perundingan.

"Waktunya belum habis," kata diplomat itu. "Hal itu bisa berjalan tetapi kami tidak memiliki jaminan. Segalanya sangat rentan."

Sumber-sumber pemerintah dan militer mengatakan pembicaraan itu tidak berhenti tetapi dibekukan, untuk meredakan kemarahan publik atas persepsi adanya campur tangan asing dalam urusan Mesir dan kesediaan penguasa untuk bernegosiasi dengan Ikhwanul Muslimin.

Satu sumber militer mengatakan penguasa menahan diri untuk tidak menggunakan kekerasan membersihkan kamp-kamp protes sebagian karena takut bahwa Wakil Presiden Mohamed ElBaradai yang liberal akan mengundurkan diri, menghilangkan satu sumber legitimasi politik untuk pemerintahan militer.

Perdana Menteri sementara Hazem el-Beblawi mengunjungi Pasukan Keamanan Sentral pada Kamis dalam usaha menenangkan kelompok garis keras yang tak sabar untuk mengambil tindakan lebih keras.

"Dia menjamin mereka bahwa pemerintah menempatkan keamanan sebagai prioritas utama," demikian pernyataan dari kantor Beblawi.

Moursi masih ditahan di satu lokasi yang dirahasiakan sejak militer mendongkel dari kekuasaan pada 3 Juli. Sejumlah tokoh senior Ikhwanul Muslimin juga telah ditahan.


Penerjemah: Mohamad Anthoni

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013