Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani Indrawati mengatakan pemerintah Indonesia harus meredam gejolak yang terjadi di pasar keuangan dengan memberikan kepastian dari sisi kebijakan serta menjaga fundamental ekonomi.

"Pemerintah harus memberikan kejelasan tentang arah kebijakan baik dari sisi otoritas fiskal, moneter, menteri koordinator perekonomian dan juga Presiden," katanya saat ditemui usai forum diskusi Diaspora di Jakarta, Senin.

Sri mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan turunnya bursa saham dalam beberapa hari terakhir, dapat diatasi pemerintah dengan menyakinkan pelaku pasar bahwa fundamental perekonomian nasional telah terjaga dengan baik.

"Pemerintah juga perlu menjelaskan apakah neraca pembayaran, fiskal, tekanan moneter, stabilitas sektor keuangan secara fundamental, telah terjaga baik," kata mantan Menteri Keuangan Indonesia ini.

Menurut dia, meskipun sektor keuangan berada dalam kondisi stabil, namun dari sisi kombinasi kebijakan moneter dan fiskal perlu adanya respon yang lebih maksimal, dalam menanggapi situasi pelemahan rupiah dan gejolak pasar saham.

"Itu yang perlu untuk didefinisikan karena nampaknya ada semacam ketidaknyamanan yang mungkin perlu di-`address` dan itu harus ditangani secara hati-hati," ujarnya.

Sri mengatakan dengan kondisi global yang masih melemah, pasar sangat membutuhkan kepastian dari para pemangku kepentingan dalam melakukan transaksi ekonomi, agar tidak lahir sikap reaktif dan menimbulkan kekhawatiran secara berlebihan.

"Reaksi yang diinginkan sebenarnya bukan bagaimana menaikan defisit, atau kepada kebijakan moneter yang lebih ekspansif, tapi `market` atau masyarakat ingin mendapatkan suatu jangkar kepastian dari satu arah," ujarnya.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin sore, kembali ditutup anjlok sebesar 5,58 persen menyusul ekspektasi Bank Sentral AS (The Fed) untuk mengurangi stimulus keuangan.

Dengan demikian, IHSG BEI ditutup turun 255,14 poin atau 5,58 persen ke posisi 4.313,52. Sementara indeks 45 saham unggulan (LQ45) melemah 50,77 poin (6,69 persen) ke level 708,09.

Sementara, nilai mata uang rupiah, pada Senin sore, juga bergerak melemah ke posisi Rp10.540 per dolar AS seiring dengan spekulasi di pasar uang atas rencana The Fed tersebut.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, mengalami pelemahan sebesar 160 poin menjadi Rp10.540 dibanding sebelumnya di posisi Rp10.380 per dolar AS.


Pewarta: Satyagraha
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013