Beirut (ANTARA News) - Kelompok oposisi utama Suriah menuding pemerintah melakukan pembunuhan terhadap 1.300 orang dengan memakai senjata kimia di dekat Damaskus, Rabu, saat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK-PBB) menyerukan "kejelasan" dan menyampaikan "sangat khawatir" atas dugaan tersebut.

Tudingan yang dibantah keras oleh Damaskus, muncul ketika tim penyelidik PBB berada di Suriah untuk membuktikan dugaan pemakaian senjata kimia oleh kedua belah pihak dalam konflik yang berlangsung selama 29 bulan itu.

Menindaklanjuti sidang darurat DK-PBB di New York, ketua Dewan Keamanan, yaitu utusan dari Argentina, Maria Christina Perceval mengatakan "Harus ada kejelasan akan apa yang terjadi dan keadaan ini harus dipantau secara hati-hati."

Ia menambahkan, anggota DK-PBB "menyambut keputusan sekretaris jenderal untuk memastikan suatu penyelidikan yang cermat dan tidak memihak."

Badan yang beranggotakan 15 negara itu mengemukakan "kekhawatiran yang kuat" atas dugaan tersebut dan sepakat bahwa pemakaian segala bentuk senjata kimia adalah "melanggar hukum internasional".

Washington sebelumnya menggambarkan bahwa pemakaian senjata kimia merupakan garis merah yang akan membuat AS melakukan intervensi militer ke Suriah.

Menteri Luar Negeri Inggris William Hague mengatakan "Saya berharap hal ini dapat menyadarkan pendukung rejim Assad, mengenai pembunuhan yang sadis."

Kanselir Jerman Angela Merkel dikutip mengatakan, akan menjadi "kejahatan yang mengerikan" bila itu terbukti.

Moskow -- yang mengatakan membuktikan pemakaian senjata kimia oleh gerilyawan pada Maret, skeptis mengenai tuduhan pihak oposisi.

Pemerintah negara-negara Barat mendesak akses bagi para penyelidik untuk memeriksa tuduhan baru.

Rusia, sahabat lama rejim Damaskus, juga menyerukan penyelidikan, tetapi mengatakan mencurigai "provokasi" oposisi dan pendukung asingnya.

Gambar video yang diedarkan oleh para aktivis --yang keasliannya belum bisa dipastikan -- menunjukkan kehadiran tim medis untuk anak-anak yang mati lemas dan rumah sakit kebanjiran pasien.

Masih ada lagi gambar puluhan orang tergeletak di tanah, kebanyakan anak-anak dan tubuh mereka ditutup kain putih.

Tuduhan pemakaian senjata kimia, yang belum mendapat pembenaran --dibantah dengan berapi-api oleh rejim Suriah, yang disebutkan berniat menyembunyikannya dari pemeriksaan penyelidik PBB yang sudah berada di negeri tersebut.

Sumber di pihak oposisi menuduh pasukan militer menggunakan senjata kimia dalam serangan --salah satunya di Moadamiyet al-Sham, di barat daya Damaskus dan di beberapa kota pinggiran lainnya.

Koordinator lokal komite jaringan pegiat (LCC) melaporkan ratusan korban serangan sadis "gas beracun" dilakukan oleh pihak rejim.

Suatu rekaman video yang diunggah ke YouTube oleh Komisi Umum Revolusi Suriah --kelompok pegiat lainnya, menunjukkan "serangan masal gas beracun" lainnya.

Dalam salah satu video terlihat seorang anak mendapat pertolongan pertama dan dilarikan ke rumah sakit, ia mendapat oksigen untuk membantunya bernafas dan para dokter berusaha membuatnya sadar dari pingsan.

Gambar lainnya juga di YouTube memperlihatkan suasana panik setelah serangan senjata kimia di daerah pinggiran timur.

Seorang perempuan remaja memegang kepala dengan tangannya dan berkata berulang-ulang "saya hidup" dan seorang pria berjaket putih berusaha menenangkannya.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2013