Moskow (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin pada Sabtu menyebut tudingan penggunaan senjata kimia oleh rejim di Suriah sebagai "tidak masuk akal" dan meminta Amerika Serikat untuk membuktikan tuduhan tersebut.

Berbicara setelah AS mengeluarkan laporan intelijen, Putin menolak hasil penyadapan telekomunikasi Suriah sebagai bukti dan mengatakan bahwa hal itu tidak bisa dipakai untuk mengambil keputusan mendasar seperti penggunaan kekuatan militer di Suriah.

"Akal sehat berbicara lain," katanya kepada wartawan di Vladivostok saat ditanya mengenai klaim bahwa tentara Suriah menggunakan senjata kimia pekan lalu.

"Tentara Suriah berada dalam posisi bertahan dan dikepung oleh oposisi di berbagai daerah. Dalam kondisi ini, memberikan kartu truf bagi mereka yang menyerukan intervensi militer adalah tidak masuk akal."

Putin mengatakan ia yakin bahwa serangan itu tidak lain hanyalah provokasi pihak-pihak yang ingin melibatkan negara lain ke dalam konflik Suriah dan meminta untuk dibuktikan.

"Terkait posisi rekan, sahabat kami Amerika Serikat, yang yakin bahwa tentara pemerintah menggunakan senjata pemusnah massal, dalam hal ini senjata kimia, dan mengatakan bahwa mereka punya bukti, baiklah, tunjukkan itu ke tim inspeksi PBB dan Dewan Keamanan," katanya.

Berdalih bahwa bukti-bukti itu bersifat rahasia "tidak menjawab kritikan," kata Putin. "Itu sikap nyata tidak menghormati rekan dan aktor dunia. Jika ada bukti, harus ditunjukkan. Jika mereka tidak menunjukkannya, berarti memang tidak ada bukti sama sekali."

"Pernyataan bahwa ini, sekali lagi adalah penyadapan telekomunikasi yang tidak membuktikan apapun, tidak bisa digunakan sebagai dasar keputusan mendasar seperti penggunaan kekuatan melawan sebuah negara berdaulat," katanya.

Pernyataan tersebut merupakan reaksi pertama Putin di depan publik terhadap klaim AS bahwa pemerintah Suriah telah menggunakan senjata kimia di pinggir kota Damaskus pada 21 Agustus dan menewaskan 1.429 orang.

Respon tersebut menyusul laporan intelijen AS terkait pembunuhan itu dan pernyataan Presiden AS Barack Obama bahwa serangan itu merupakan "tantangan terhadap dunia."

Kementerian Luar Negeri Rusia pada Sabtu mengatakan Duta Besar AS untuk Moskow, Michael McFaul bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Sergei Ryabkov untuk mengemukakan posisi AS dalam isu Suriah.

Ryabkov memperingatkan Dubes AS bahwa setiap penggunaan kekuatan akan merupakan "tindak agresi", demikian pernyataan Kemenlu Rusia.

Rusia juga menyambut baik penolakan oleh parlemen Inggris terkait aksi militer terhadap Suriah, demikian AFP.
(S022/H-AK) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013