Kondisi toleransi yang terjadi di Sulut bukan semu, atau dibuat-buat tapi betul-betul tulus dan dipelihara oleh masyarakat. Memang yang paling penting adalah kerukunan umat beragama,"
Manado (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) Sinyo H Sarundajang, mengajak masyarakat menjaga kerukunan antarumat beragama yang sudah tercipta baik hingga sekarang ini.

"Kondisi toleransi yang terjadi di Sulut bukan semu, atau dibuat-buat tapi betul-betul tulus dan dipelihara oleh masyarakat. Memang yang paling penting adalah kerukunan umat beragama," kata gubernur, di Manado, Kamis.

Dia mengatakan, konflik agama yang muncul selama ini ini karena pemahaman orang beragama terhadap agamanya sendiri mungkin keliru, atau belum meyakini benar agamanya.

"Bahkan di berbagai tempat ada yang menjual sorga, bahwa sorganya lebih indah dari yang lain. Kondisi seperti ini pernah terjadi di Maluku dan Maluku Utara dimana tiap-tiap agama menjual sorganya sendiri. Itu pengalaman saya manakala menangangi dua daerah tersebut," katanya.

Gubernur mengatakan, kerukunan dan toleransi antarumat beragama di daerah ini sudah mengakar karena warisan moyang, tapi juga karena ditempa sejarah penjajahan dan pergolakan daerah.

Kondisi ini, kata gubernur, menyebabkan rakyat merasa tobat bila terjadi konflik karena telah ada rasa saling curiga, saling menyakiti bahkan mungkin saling bunuh.

"Tapi yang pasti bahwa kehidupan beragama tidak lepas dari kehidupan budaya. Kalau keduanya jadi satu dan utuh akan menjadi sebuah kekuatan sehingga tidak mungkin terganggu dengan godaan apapun," katanya.

Gubernur mengatakan, Provinsi Sulut pernah menjadi sentral konflik, karena di Utara berbatasan dengan Filipina yang muncul pergolakan di Mindanau Selatan, di Selatan ada Poso dan di Timur ada konflik Maluku dan Maluku Utara.

"Nah pengungsi Poso, Maluku dan Maluku Utara mengungsi ke Sulut. Bahkan sampai sekarang ada yang tidak pulang. Inilah yang membuat Sulut semakin kokoh karena ada daya tahan sosial di dalamnya," ungkapnya.
(KR-KAP/M031)

Pewarta: Karel A Polakitan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013