Baghdad (ANTARA News) - Serangan-serangan bom mobil dan bunuh diri yang terkoordinasi di sebuah masjid Syiah di Baghdad pada Rabu malam menewaskan sedikitnya 33 orang, kata beberapa sumber kepolisian dan medis.

Warga Syiah sedang meninggalkan masjid setelah sholat Isya ketika bom mobil meledak, dan pada saat orang berdatangan untuk membantu mereka yang terluka, seorang penyerang bunuh diri meledakkan bomnya di tengah-tengah mereka, lapor Reuters dan AFP.

Polisi melihat seorang pria kedua yang bersiap-siap meledakkan sabuk bomya dan berhasil mencegahnya, namun massa yang marah datang dan menikam hingga tewas calon penyerang bom bunuh diri itu.

Sebanyak 55 orang lain cedera, beberapa dalam keadaan kritis, akibat pemboman itu, yang terjadi di daerah Kasra di Baghdad baratlaut.

Belum jelas siapa yang melancarkan serangan tersebut, namun militan Sunni, termasuk anggota Al Qaida, sering menyerang orang Syiah yang mereka anggap menyimpang dari ajaran Islam.

Sementara itu, kekerasan di penjuru lain Irak menewaskan enam orang, Rabu, termasuk seorang kepala sekolah yang tewas dalam serangan penembakan di wilayah utara, kata sejumlah pejabat, seperti dilaporkan Kantor Berita AFP.

Dalam tiga serangan di provinsi Nineveh, Irak utara, orang-orang bersenjata membunuh tiga orang, termasuk seorang kepala sekolah yang ditembak mati di rumahnya.

Di ibu kota provinsi itu, Mosul, bom tempel magnetis yang dipasang di sebuah mobil menewaskan satu orang lain.

Di Baghdad selatan, ledakan bom tempel menewaskan satu orang, sementara orang bersenjata yang naik sepeda-motor membunuh seorang imam Sunni di dekat kota pelabuhan Basra, Irak selatan, kata para pejabat.

Kekerasan Rabu itu merupakan yang terakhir dari gelombang pemboman dan serangan bunuh diri di tengah krisis politik antara Perdana Menteri Nuri al-Maliki dan mitra-mitra pemerintahnya dan pawai protes selama beberapa pekan yang menuntut pengunduran dirinya.

Lebih dari 800 orang tewas dalam serangan-serangan selama Agustus, yang telah menjadi salah satu bulan paling mematikan di Irak.

Berdasarkan data yang dihimpun PBB dan pemerintah Irak, Juli merupakan bulan paling mematikan dalam lima tahun dengan jumlah korban tewas lebih dari 1.000 orang.

Jumlah kematian akibat serangan-serangan di Irak telah melampaui 4.000 orang sejak awal tahun ini.

Gelombang serangan di Irak meningkat sejak awal tahun ini, dan menurut laporan PBB, lebih dari 2.500 orang tewas dari April hingga Juni saja, jumlah tertinggi sejak 2008.

Jumlah kematian pada Maret mencapai 271, sementara sepanjang Februari, 220 orang tewas dalam kekerasan di Irak, menurut data AFP yang berdasarkan atas keterangan dari sumber-sumber keamanan dan medis.

Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.

Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.

Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013