Jakarta (ANTARA News) - Dua kandang berisi sekitar 20 ular kobra bersisik hitam diletakkan di bagian depan sebuah warung tenda di Jalan Mangga Besar, Jakarta, membuat orang-orang yang lewat berhenti sejenak untuk melihat binatang-binatang melata tersebut menggeliat.

Warung tenda bernama Adi Cobra itu menjual macam-macam makanan berbahan dasar ular kobra dan biawak, jenis makanan yang dianggap ekstrem oleh sebagian orang.

Di balik tenda warung yang berwarna biru, sang pemilik warung, Adi Purwadi, sedang menguliti ular.

Pria yang sudah menjual sate ular dan biawak sejak tahun 2004 itu menuturkan, pekerjaan menguliti ular harus dilakukan oleh orang yang sudah terlatih karena kalau tidak berhati-hati ular bisa menyerang pemegangnya.
 
Namun risiko dan kesulitan untuk mendapatkan daging ular kobra, menurut dia, senilai dengan hasil yang didapat.

"Khasiatnya banyak, rasanya juga enak," kata Adi sambil membersihkan daging ular yang sudah dikuliti.

Adi percaya, darah atau daging binatang-binatang seperti ular, biawak, trenggiling, dan kalong (kelelawar)  bisa menyembuhkan macam-macam termasuk penyakit kulit, alergi, dan kurap.

Orang-orang, lanjut dia, juga percaya bahwa darah atau daging binatang-binatang yang tidak biasa diternakkan itu bisa meningkatkan libido pria.

Rasa penasaran dan kepercayaan orang akan khasiat darah atau daging binatang-binatang liar itu membuat warung Adi Cobra setiap hari disambangi pembeli.

Setiap hari Adi bisa menjual tiga sampai 10 ular kobra berbagai ukuran. Satu ular kobra ukuran kecil dihargai Rp60.000 sementara yang paling besar bisa mencapai Rp100.000.

Saat membeli sate ular pelanggan akan mendapatkan darah dan empedu ular yang bisa langsung dimakan sambil menunggu daging ditusuk dan dibakar.

Sebelum dikuliti, darah ular kobra dikucurkan ke dalam sebuah gelas kecil dan dicampur dengan sumsum hewan itu serta arak dan madu untuk menghilangkan rasa amis.

Campuran darah ular dan sumsum hewan dengan arak dan madu rasanya manis dan kental di lidah. Bau amis darah kobra tertutup rasa arak yang menonjol.

Khusus untuk pemesan laki-laki, biasanya Adi juga akan memasukkan torpedo, yang dianggap bisa menambah stamina kaum pria, ke dalam darah ular tersebut.

Selain darah, paket sate ular di warung Adi Cobra meliputi empedu kobra yang warnanya hitam dan lembek bila dipegang.

Empedu kobra disajikan dengan segelas air putih hangat dan sebuah permen. Empedu kobra harus langsung ditelan, tidak boleh sampai tergigit karena akan mengeluarkan rasa pahit luar biasa jika pecah.

"Untuk itulah ada permen. Jadi kalau kegigit pahitnya bisa dikalahkan rasa permen," kata Tina, istri Adi yang membantu suaminya di warung.

Setelah darah dan empedu selesai disantap, barulah sate kobra disajikan dengan saus kacang dan kecap yang menutupi seluruh daging.

Daging kobra agak kenyal saat pertama kali digigit, rasanya tidak jauh berbeda dengan daging ayam atau daging sapi.

"Rasanya kenyal dan enak. Awalnya agak ragu karena ini bahannya ular, tapi lama-lama biasa," ujar Agus (45), yang Jumat (13/9) lalu makan di warung Adi.

Warga Kalimalang, Jakarta Timur, itu mengaku mengonsumsi makan ular dan biawak karena khasiatnya untuk kesehatan.

Selain sate kobra, warung Adi juga menyediakan sate biawak yang dijual dengan harga Rp20.000 untuk sepuluh tusuk.

Agus kadang juga menikmati sate daging biawak di warung Adi.

Menurut dia, daging biawak lebih padat, lebih halus dan lebih gurih dibandingkan dengan daging ular kobra.

Adi tidak hanya menyajikan daging kobra dan biawak dalam bentuk sate saja, tapi juga daging goreng, abon, dan sup.

Warung Adi juga menjual daging kalong, kelinci, monyet, dan tupai berdasarkan pesanan. Pasokan daging binatang-binatang liar itu biasanya dia peroleh dari daerah Jawa Tengah.

Saat ditanya alasannya menjual macam-macam makanan ekstrem itu, Adi menjawab, dia melakukannya karena menyukai sate kobra dan jarang yang menjualnya di Jakarta.

Pria asal Banjarnegara itu juga mewajibkan keluarganya makan daging dan empedu ular untuk kesehatan. Bahkan anaknya yang masih kecil pun sudah biasa menikmati empedu kobra.


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013