Jakarta (ANTARA News) - Rencana pembentukkan satuan tentara siber (cyber army) oleh Kementerian Pertahanan berada di momentum yang tepat dan kebijakan tersebut teramat penting, mengingat ancaman di dunia maya terhadap pertahanan negara semakin besar, demikian pengamat masalah militer LIPI, Jaleswari Pramodhawardani.

"Sekarang fokus penanganan `cyber criminal` itu sangat penting. Jangan dilupakan Indonesia juga memiliki peretas-peretas tangguh," kata Jaleswari kepada Antara seusai acara diskusi The Indonesian Institute di Jakarta, Rabu malam.

Dari beberapa kali diskusi bersama petinggi TNI dan Kemhan, kata Jaleswari, Indonesia memiliki sumber daya peretas yang tangguh bahkan sangat diperhitungkan di kawasan Asia Tenggara. Peretas-peretas ini memiliki strategi efektif untuk melumpuhkan pertahanan lawan dan mampu membaca taktik secara tepat.

Wacana "cyber army" ini, kata Jaleswari, dapat menjadi bagian dari kebijakan peningkatan kualitas pertahanan negara, selain industri strategis seperti produksi alat utama sistem persenjataan dan peningkatan pelatihan personel.

"Dan mungkin saja dari perekrutan personel nanti, termasuk `komponen cadangan`, peretas-peretas inilah yang dimaksud," ujarnya.

Kementerian Pertahanan, sebelumnya, menyatakan, berencana membentuk "Cyber Army" yang merupakan bagian dari pembangunan pertahanan sistem komunikasi siskom) dan sistem informasi (sisinfo) Kementerian Pertahanan.

"Kami berencana membentuk Cyber Army. Setiap tahun kami lakukan kompetisi cyber dan ada yang dikhususkan bertahan maupun menyerang," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (24/9).

"Cyber Army" yang dibentuk akan terdiri atas kalangan militer yakni TNI AD, TNI AU, dan TNI AL hingga kalangan sipil.

"Serangan cyber yang dapat mengganggu kedaulatan bangsa saat ini cukup terbuka lebar. Cyber Army akan terdiri dari militer nonmiliter dan dibentuk untuk menangkal serangan tersebut," ucap Purnomo.

Sebelumnya, Kemhan juga berencana membangun Pusat Pertahanan Siber (Cyber Defence) untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah dari kejahatan dunia maya.

Pembangunan pertahanan siber itu, kata Purnomo, juga melibatkan tiga angkatan, yakni TNI AD, TNI AL, TNI AU. Kementerian Komunikasi dan Informatika akan membantu tata kelola, infrastruktur, peralatan, dan sumber daya manusianya.

Menurut Purnomo, ancaman serius terhadap kedaulatan melalui dunia maya memang belum tampak. Ada upaya ancaman yang selama ini terjadi, namun belum dikategorikan sebagai ancaman pertahanan negara.(*)



Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013