Cilegon (ANTARA News) - PT Krakatau Steel Tbk membukukan laba 10,6 juta dolar AS pada semester I 2013, lebih baik dibanding periode sama 2012 yang menderita rugi 10 juta dolar AS.

"Raihan laba ini tidak seiring dengan pendapatan yang justru turun sebagai akibat turunnya harga produk baja terutama baja canai panas (hot rolled coils) yang selama ini menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan," kata Direktur Utama PT Krakatau Steel Irvan K. Hakim dalam public expose di Cilegon, Kamis.

Irvan mengatakan, pendapatan perusahaan terkoreksi hanya 3 persen dari 1,16 miliar dolar AS pada semester I 2012 menjadi 1,12 miliar dolar AS.

Irvan yang didamping sejumlah direktur KS menjelaskan, pendapatan dari sektor engineering sebesar 123,4 juta dolar AS mampu mengurangi dampak penurunan harga jual rata-rata produk.

Laba kotor perusahaan naik 105,93 persen (year on year) menjadi 107,91 juta dolar AS pada semester I tahun 2013, dipicu turunnya beban pokok pendapatan 9,21 persen.

Menurut Irvan, turunnya biaya bahan baku 16,67 persen memberikan kontribusi turunnya beban pokok pendapatan, meskipun harga gas alam naik 50 persen.

Irvan berharap dengan diterbitkannya kebijakan anti dumping terhadap impor produk HRC akan meningkatkan konsumsi produk ini kedepannya terutama dari sektor otomotif sebesar 300 persen per bulan.

"Asumsinya apabila kebijakan mobil murah ramah lingkungan diterapkan maka seharusnya banyak menyerap komponen lokal terutama produk HRC di dalam negeri," kata Irvan.

Irvan juga mengatakan, perusahaan saat ini juga tengah menunggu kebijakan anti dumping yang akan dikeluarkan pemerintah terhadap sejumlah negara.

Irvan mengungkapkan, meskipun pada semester I 2013 terjadi kenaikan harga baja, tetapi akan dilihat apakan kenaikan itu didukung faktor fundamental, atau karena kondisi sesaat mengingat kondisi ekonomi dunia saat ini belum membaik.

Direktur Pemasaran KS Yerry mengatakan, kalau melihat permintaan di dalam negeri (demand) pada semester I terhadap produk baja akan tetap tinggi karena banyak dari sejumlah perusahaan yang tengah mengisi stok mereka yang kosong.

Yerry juga mengungkapkan, tolak ukur harga baja di Indonesia tetap mengacu kepada Cina sebagai produsen terbesar di Asia, saat ini kecenderungannya turun, tetapi dengan permintaan tinggi diharapkan harga akan tetap terjaga.

Dia memperkirakan perusahaan biasanya mengacu 1,5 kali pertumbuhan ekonomi untuk mengetahui besarnya kenaikan permintaan di dalam negeri, untuk tahun 2013 diperkirakan naik sebesar 4 persen.

Irvan mengatakan, khususnya produk HRC banyak dipergunakan untuk industri otomotif (produk Hino), minyak dan gas, dan perbaikan kapal. Untuk kapal sendiri baja HRC biasanya digunakan untuk docking (pemeliharaan), kalau untuk membangun kapal baru kita belum sanggup.

"Untuk membangun kapal baru ketebalan 25 mm dan lebar 4 meter, sedangkan untuk KS sendiri baru memenuhi lebar 2 meter sehingga biasanya baru dipergunakan untuk menambal bagian-bagian kapal yang mengalami kerusakan," jelas Irvan.

"Kecuali kalau pabrik KS - Posco dapat dirampungkan maka standar HRC dengan ukuran seperti itu akan dapat dipenuhi," ujar Irvan lagi.

Irvan mengatakan, pembangunan industri baja terintegrasi Krakatau Posco diharapkan beroperasi pada akhir tahun 2013, saat ini pekerjaan sudah mencapai 94,6 persen, apabila perusahaan ini beroperasi akan memberikan nilai tambah kepada KS.

Pabrik Krakatau Posco dibangun dengan investasi 2,66 miliar dolar AS berkapasitas 3 juta ton baja cair per tahun, baja slab 1,5 juta ton per tahun, dan baja plate 1,5 juta ton per tahun.

KS sendiri memiliki 30 persen di perusahaan ini dengan investasi senilai 280 juta dolar AS, jelas Irvan.

Irvan juga mengungkapkan, saat ini perusahaan tengah mengembangkan sejumlah unit usaha dalam upaya meningkatkan pendatan di sektor bukan baja, di antaranya PT Krakatau Bandar Samudra di sektor pelabuhan, PT Krakatau Daya Listrik di sektor pembangkit listrik, PT Krakatau Industrial Estat Cilegon (KIEC) di sektor pengelolaan kawasan industri, serta PT KHI Pipe Industries yang seluruhnya siap beroperasi Desember 2013 dan Oktober 2014.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013