Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia dalam laporan perkembangan triwulan terbaru memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 hanya berada pada angka 5,6 persen atau lebih rendah dari perkiraan pemerintah sebesar 5,9 persen.

"Perekonomian Indonesia terus menyesuaikan diri terhadap pelemahan harga komoditas, kondisi pendanaan eksternal yang lebih ketat serta penurunan permintaan domestik dibandingkan tahun lalu," ujar Ekonom Utama Bank Dunia, Jim Brumby dalam pemaparan di Jakarta, Jumat.

Proyeksi ini menurun dibandingkan dengan laporan triwulan pada Juli 2013 yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akhir tahun berada pada kisaran 5,9 persen dan naik menjadi 6,2 persen pada 2014.

Kondisi pelemahan tersebut juga menyebabkan proyeksi pertumbuhan pada 2014 diperkirakan hanya mencapai 5,3 persen, karena kondisi pasar modal internasional masih bergejolak meskipun negara berpendapatan tinggi akan mulai pulih.

Menurut Jim, ketahanan perekonomian Indonesia untuk melindungi dari tantangan eksternal yang cenderung terus berubah, sangat tergantung pada langkah kebijakan makro yang disusun dan diterapkan oleh pemerintah.

Salah satu perubahan yang telah dianggap berhasil adalah terkait kebijakan pengurangan belanja subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), karena pemerintah dapat memiliki dana untuk mengantisipasi berbagai risiko fiskal jangka pendek.

"Tindak lanjut terhadap subsidi BBM akan semakin melindungi Indonesia dari berbagai risiko fiskal jangka pendek, sekaligus menyediakan dana untuk investasi jangka panjang di bidang infrastruktur dan program sosial," kata Jim.

Kemudian, pemerintah harus melakukan reformasi secara struktural yang membutuhkan dua elemen penting yaitu komunikasi yang jelas terkait perubahan kebijakan dan komitmen kuat dalam implementasi kebijakan.

"Investor dan pasar harus diyakinkan bahwa gejolak ekonomi justru mempertajam fokus pemerintah untuk menghasilkan reformasi kebijakan yang terkoordinasi. Hal ini dapat menentukan peningkatan investasi langsung," ujarnya.

Jim menambahkan upaya untuk menenangkan pasar harus dilakukan pemerintah, karena saat ini pasar domestik dan potensi yang dimiliki oleh Indonesia masih sangat atraktif diantara negara berkembang lainnya.

Dalam laporan triwulan terbaru ini, Bank Dunia mengingatkan, untuk jangka pendek perbaikan arus barang di pelabuhan Tanjung Priok sangat penting untuk meningkatkan daya saing. Sedangkan dalam jangka panjang, pembangunan infrastruktur menjadi penentu utama kinerja perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.

Sementara, defisit neraca berjalan diproyeksikan masih besar pada tahun ini yaitu 3,4 persen terhadap PDB, meskipun pemerintah telah menerbitkan paket kebijakan. Pada 2014, walau dengan sedikit penyempitan, diperkirakan defisit menjadi sebesar 2,6 persen dari PDB.

Untuk laju inflasi, setelah didorong naik secara sementara oleh peningkatan harga BBM bersubsidi, inflasi diperkirakan akan mencapai puncaknya secara tahunan pada triwulan terakhir 2013. Dengan tidak adanya kejutan berarti, diperkirakan inflasi akan berada pada kisaran 6,7 persen pada 2014.

Pewarta: Satyagraha
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013