Mogadishu (ANTARA News) - Kelompok gerilya Al-Shabaab Somalia mengatakan, Minggu, "tidak ada pejabat senior" di rumah yang diserbu pasukan AS di daerah sebelah selatan Mogadishu, ibu kota Somalia, pada Sabtu.

Pasukan AS melakukan penyerbuan di Libya dan Somalia pada Sabtu, dua pekan setelah serangan terhadap sebuah pusat perbelanjaan di Nairobi yang diklaim oleh Al-Shabaab.

Dalam penyerbuan itu, pasukan AS menangkap seorang tokoh Al-Qaida di Tripoli yang diburu karena pemboman kedutaan-kedutaan AS di Kenya dan Tanzania pada 1998. Penyerbuan terhadap Barawe gagal menangkap sasarannya.

"Klaim AS bahwa seorang pejabat senior Al-Shabaab berada di dalam rumah itu bohong. Tidak ada pejabat senior di dalam rumah itu," kata Sheikh Abdiasis Abu Musab, juru bicara operasi militer Al-Shabaab, kepada Reuters.

"Gerilyawan biasa yang tinggal di rumah itu dan mereka dengan berani melakukan serangan balasan dan memburu penyerang. Pemerintah Somalia tidak dianggap sama sekali, tidak ada yang meminta izin mereka untuk melakukan serangan tersebut," tambahnya.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli 2010 yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida yang dibentuk almarhum Osama bin Laden.

Al-Shabaab mengejutkan dunia dengan serangan di pusat perbelanjaan di Nairobi, yang dimulai Sabtu siang (21 September), ketika orang-orang bersenjata menyerbu ke dalam kompleks pertokoan itu dengan menembakkan granat dan senjata otomatis serta membuat pengunjung toko yang panik lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.

Kelompok itu menyandera sejumlah orang dan terlibat dalam ketegangan dengan polisi dan pasukan hingga Selasa (24 September), ketika Presiden Kenya Uhuru Kenyatta mengumumkan bahwa bentrokan telah berakhir dan sedikitnya 67 orang tewas.

Kenya, yang menjadi tempat tinggal banyak warga Somalia, dilanda gelombang serangan, terutama di Nairobi dan kota pelabuhan Mombasa, serta Garissa, setelah pasukan negara itu memasuki Somalia pada Oktober 2011 untuk menumpas kelompok gerilya garis keras Al-Shabaab, yang mereka tuduh bertanggung jawab atas penculikan dan serangan bom di dalam wilayah Kenya.

Pasukan Kenya menyerang pangkalan-pangkalan Al-Shabaab sejak dua tahun lalu dan kemudian bergabung dengan pasukan Uni Afrika berkekuatan 17.700 orang yang ditempatkan di Somalia.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama beberapa tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah Somalia dukungan PBB, demikian Reuter.

(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013