Amerika Serikat harus mengingatkan kembali bahwa aksi-aksi provokatif yang sembrono akan menghadapi serangan-serangan balasan dan menimbulkan perang total keadilan bagi satu bentrokan akhir dengan Amerika Serikat,"
Seoul (ANTARA News) - Korea Utara mengeluarkan satu peringatan baru mengenai "perang besar", dan mendesak Amerika Serikat agar menghentikan pelatihan militer yang diseebutnya sebagai "pemerasan nuklir".

Dalam satu ancaman terselubung untuk menyerang Amerika Serikat, Komisi Pertahanan Nasional Korut (NDC), yang dipimpin oleh pemimpin Kim Jong-Un, mengatakan pemerintah AS harus mencabut kebijakan bermusuhannya terhadap Korut jika "menginginkan perdamaian di semenanjung Korea dan daratan AS".

"Amerika Serikat harus mengingatkan kembali bahwa aksi-aksi provokatif yang sembrono akan menghadapi serangan-serangan balasan dan menimbulkan perang total keadilan bagi satu bentrokan akhir dengan Amerika Serikat," kata pernyataan seorang juru bicara NDC yang dikutip Kantor berita Korut KCNA (Korean Central News Agency).

"Kami menegaskan lagi bahwa AS harus mencabut berbagai tindakan yang bertujuan mengucilkan dan menjepit kami. Sehubungan dengan ini adalah ... perdamaian dan keamanan, tidak hanya di Semenanjung Korea tetapi juga daratan AS;"

Pernyataan-pernyataan itu diucapkan setelah pelatihan Angkatan Laut dua hari antara Jepang, Korsel dan AS, yang termasuk satu kapal induk AS, yang memicu sejumlah tanggapan marah dan ancaman-ancaman dari Pyongyang.

Pada Jumat, Korut menuduh pelatihan kapal-kapal serang AS, Korsel dan Jepang sebagai satu provokasi militer serius dan berikrar akan "menguburkan di laut" kapal induk AS yang ikut dalam pelatihan itu.

Pernyataan terbaru dari NDC itu menuntut bahwa AS mencabut sanksi-sanksi terhadap Korut, menghentikan "pemerasan nuklir" dan berbagai pelatihan perang.

Pihaknya menolak sebagai "pelanggaran yang tidak dapat ditoleransi" satu tuntutan AS bahwa pihaknya harus memutuskan komitmen nyata untuk menghentikan program nuklirnya jika negara itu menginginkan perundingan substantif dengan Amerika Serikat.

"Denuklirisasi semenanjung Korea adalah satu tujuan kebijakan pemerintah Korut yang tidak dapat dicabut," katanya. Tetapi ia menambahkan bahwa menghentikan program senjata seperti itu juga harus termasuk satu penghentian ancaman-ancaman nuklir AS terhadap Korut.

AS dan Korsel telah lama menuntut Pyongyang menunjukkan komitmen nyata untuk menghentikan program senjata-senjata nuklirnya selama perundingan enam negara yang terhenti selama beberapa tahun, dapat dimulai kembali.

Korut mengatakan selama bertahun-tahun pihaknya menginginkan denuklirisasi seluruh Semenanjung Korea dan dan pihaknya membangun senjata nuklir untuk melindungi dirinya dari serangan militer AS, yang kadang-kadang mengirim kapal-kapal perang yang bertenaga nuklir dan pesawat yang dapat membawa senjata-senjata nuklir.

Pada Februari Korut melakukan uji coba nuklir bawah tanahnya yang menentang resolusi-resolusi Dewan Keamanan PBB, yang menimbulkan ketegangan-ketegangan meningkat dan menimbulkan kekhawatiran kemungkinan konflik. Korut juga meluncurkan satu roket Desember yang Washington katakan adalah satu uji coba rudal balistik terselubung.

Selain dua Korea bersama China dan AS dalam perundingan enam negara juga melibatkan Rusia dan Jepang, demikian AFP.

(H-RN/C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013