Surabaya (ANTARA News) - Nelayan Pantai Kenjeran, Surabaya, Jawa Timur, kembali menemukan seekor hiu tutul yang tersangkut di jala mereka di perairan sekitar 500 meter dari bibir pantai di Selat Madura.

"Kami menebar empat jala pada Rabu sekitar pukul 04.00 WIB. Tapi, sekitar pukul 10.00 WIB, ada seekor ikan besar tersangkut di salah satu jala," ujar Jupri, nelayan yang pertama kali menemukan hiu tutul, Rabu.

Melihat ada ikan raksasa tersangkut, warga Sukolilo I-B tersebut segera meminta bantuan nelayan lainnya. Namun, saat ditarik ikan sudah dalam keadaan mati.

Butuh sembilan perahu untuk menarik hiu tutul yang panjangnya delapan meter dan berat hampir dua ton tersebut. Belasan nelayan ikut membantu menarik bangkai ikan hingga ke daratan.

"Kami harus menarik lebih dari dua jam untuk bisa ke pinggir pantai. Apalagi ketika mengangkatnya ke daratan, tidak cukup jika hanya dilakukan kurang dari 10 orang," katanya.

Jupri mengaku setelah ditarik ke daratan, ia dan nelayan lainnya sepakat tidak langsung memotong dan menjualnya. Namun, pihaknya masih akan membiarkan ikan hiu mati itu untuk ditonton masyarakat umum.

"Kami persilakan warga menontonnya dari dekat. Mungkin sekitar 5-7 hari kedepan dibiarkan di pinggir pantai, kemudian dipotongi dan dijual," kata nelayan yang mengaku baru sekali ini jalanya tersangkut ikan hiu.

Sehari sebelumnya, nelayan di pantai tersebut juga menemukan dua ekor hiu jenis yang sama. Masing-masing panjangnya lima dan tujuh meter. Namun, setelah ditarik ke daratan, kedua ekor hiu langsung dipotongi menjadi beberapa bagian dan dijual.

"Selasa malam pemotongannya, kemudian siripnya dibeli seseorang di Gresik. Harga untuk sirip pada seekor ikan bisa mencapai Rp1,5 juta," kata Jupri.

Kedua ekor hiu tutul itu terjerat di jala milik Matoni, warga Sukolilo. Ketika melihat jala yang dipasangnya, ada dua ekor ikan yang terjerat di jala berbeda.

Puluhan nelayan ikut membantu proses penarikan ikan hingga ke pinggir pantai. Ketika ditemukan, kedua ekor ikan sudah dalam keadaan mati.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013