Peristiwa pernikahan agung tersebut menjadi simbol kebangkitan pariwisata, tidak hanya Yogyakarta, tetapi juga pariwisata secara nasional,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Pernikahan agung puteri keempat Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hayu dan KPH Notonegoro, Rabu lalu menjadi simbol kebangkitan pariwisata Yogyakarta, kata Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta Tazbir.

"Peristiwa pernikahan agung tersebut menjadi simbol kebangkitan pariwisata, tidak hanya Yogyakarta, tetapi juga pariwisata secara nasional," katanya di Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia, peristiwa langka tersebut dampaknya luar biasa, karena tidak hanya hotel dan restoran di Yogyakarta penuh tamu. Peristiwa yang diliput ratusan media asing tersebut, juga mengangkat nama Indonesia di dunia pariwisata.

"Dalam beberapa kali menggelar pesta pernikahan agung putri Keraton Ngayogyakarta selalu mendapat respon luar biasa dari berbagai liputan media asing," katanya.

Hal tersebut, menurut dia, menandakan bahwa budaya Keraton Ngayogyakarta Hadinigrat selama ini menjadi daya tarik wisata budaya yang tidak bisa ditemukan di negara mana pun di dunia.

Peristiwa besar kirab pasangan pengantin keraton, kata dia, sangat menarik perhatian wisatawan mancanegara yang kebetulan berkunjung ke Yogyakarta..

Ia mengatakan bagi pariwisata Yogyakarta sendiri dampak luar biasa dari pernikahan agung puteri keraton antara lain bisnis jasa travel dan hotel diuntungkan, termasuk pusat belanja dan rumah makan.

Apalagi, tamu yang datang di acara pernikahan agung

GKR Hayu-KPH Notonegoro adalah tamu VVIP, di antaranya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Budiono, para menteri dan pejabat negara lainnya.

"Dan yang paling penting, simbol budaya Indonesia yaitu keberadaan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat juga sebagai simbol kebangkitan pariwisata DIY dan nasional," kata Tazbir.
(H008/M008)

Pewarta: Heru Jarot
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013