Jakarta (ANTARA News) - Arief Rahman, tokoh pendidikan Indonesia, mengatakan perlunya keseimbangan antara pendidikan otak dan watak sebagai tameng pencegah tindak porno aksi di kalangan pelajar yang beberapa kali terjadi di Indonesia.

Arief Rahman mengatakan bahwa ada empat faktor yang membuat seorang pelajar rentan terjerumus ke dalam tindak porno aksi.

"Pertama faktor keluarga yang tidak membina dengan baik, berada di sekolah yang pendidikan etikanya tidak maksimal, sentuhan pergaulan di lingkungan dan arus penyalahgunaan media teknologi," kata Arief Rahman kepada ANTARA News, Minggu, saat mengenai kasus video asusila yang diduga dilakukan dan direkam pelajar SMP di Jakarta.

Tetapi Arief Rahman menambahkan bahwa tidak semua pelajar mau mengakses media porno dan menjerumuskan diri pada tindakan porno aksi. Ia mengatakan pelajar yang memiliki benteng diri yang kuat akan terhindar dari perbuatan tersebut.

"Pada anak-anak seperti itu ada saringan dari sisi agama, dari sisi psikologis sudah tertanam di benak mereka apakah sebuah tindakan yang diperbuat akan merugikan pribadi dan keluarga," tambah tokoh pendidikan yang kini berusia 71 tahun.

"Anak-anak yang kuat memiliki rambu-rambu yang kuat dari dalam dirinya sendiri, keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat membentuknya," kata Arief Rahman

Meskipun sudah beberapa kali beredar video porno pelajar, praktisi pendidikan ini mengatakan bahwa tidak ada yang salah dengan sistem pendidikan Indonesia.

"Sistemnya tidak salah, saya pikir. Tapi untuk mengevaluasi pendidikan, kita jangan terpaku dengan kekuatan otak namun memperkuat evaluasi yang sifatnya kekuatan watak atau kepribadian," kata Arief Rahman.

Ia mengatakan keseimbangan antara kecerdasan otak dan watak pelajar akan menjadi tameng yang kuat untuk membentuk pribadi pelajar yang baik.

"Sekolah sudah memberikan pendidikan karakter namun tidak semua, ada beberapa sekolah yang hanya menekankan keunggulan otak, tapi di sekolah yang bagus porno aksi tidak terjadi karena terdapat penekanan terhadap pendidikan watak untuk menyeimbangkan pendidikan otak," katanya.

"Kegiatan-kegiatan yang membuat mereka mempunyai kemampuan berpihak kepada kebaikan, sekolah model tersebut banyak di Indonesia, mereka menyeimbangkan pendidikan otak dan watak di sekolah mereka," kata Guru Besar Universitas Negeri Jakarta ini.

Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013