Sentani (ANTARA News) - Kawasan pegunungan Cycloop yang terletak di Kabupaten Jayapura, Papua rencananya akan dijadikan kawasan hutan untuk paru-paru Jayapura.

Bupati Kabupaten Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan setelah diluncurkan secara resmi oleh Gubernur Provinsi Papua Lukas Enembe beberapa waktu lalu di Danau Sentani, selanjutnya kawasan Cycloop ini akan terus dijaga dan diprioritaskan.

"Kami juga sudah memberlakukan program serupa untuk menjaga kelestarian dan sumber daya hayati di kawasan Cycloop bersama BLH (Badan Lingkungan Hidup), CPA (Club Pecinta Alam) Hirosi, Universitas Cenderawasih (Uncen) dan Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ)," ujarnya kepada Antara di Sentani, Rabu.

Menurut Bupati Mathius, hutan Cycloop harus dijaga, sebab hutan ini adalah satu-satunya penyangga kehidupan satwa baik itu di Kabupaten Jayapura ataupun Kota Jayapura.

"Diharapkan semua pihak saling berkoordinasi agar program-program pelestarian alam saling mendukung," tandasnya.

Bupati Mathius menuturkan pihaknya juga sangat berterima kasih atas dukungan Pemerintah Provinsi Papua dalam membantu melestarikan kawasan hutan Cycloop. Dimana pihaknya menyambut baik rencana dibangunnya pusat pengembangan dan pengendalian kawasan gunung Cycloop.

"Dengan dibangunnya pusat pengembangan dan pengendalian ini pemerintah akan semakin fokus dalam merawat, menjaga dan melestarikan kawasan ini sebagai paru paru Jayapura,"urainya.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah Kabupaten Jayapura untuk menjaga kelestarian Cagar Alam Cycloop, seperti rehabilitasi hutan dan lahan, pembentukan kelompok-kelompok binaan, penyuluhan, pemasangan papan imbauan dan pembentukan satgas pengamanan Cagar Alam Cycloop.

Luas kawasan ini 22.500 hektare, berada pada dua wilayah administrasi pemerintahan, yaitu Kabupaten Jayapura 15.066,02 ha dan sisanya berada di wilayah adminsitrasi pemerintahan Kota Jayapura.

Cagar alam Cycloop merupakan kawasan yang strategis karena selain sebagai sumber air utama bagi penduduk Kabupaten Jayapura dan Kota Jayapura, juga mempunyai flora dan fauna yang endemik.

Pewarta: Hendrina Dian Kandipi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013