Riyadh (ANTARA News) - Polisi Arab Saudi bentrok dengan para pekerja asing di sebuah distrik miskin di Riyadh setelah hampir seminggu menggelar razia visa yang membuat ribuan orang ditahan dan seorang mati ditembak polisi, demikian Reuters.

Petugas keamanan melepaskan tembakan ke udara dan menggunakan tongkat untuk membubarkan ribuan demonstran yang kemudian lari menyusuri jalan dan beberapa diantaranya melemparkan batu ke arah kendaraan-kendaraan dan polisi.

Menurut Reuters, dua orang tewas yang salah satunya warga Saudi sedangkan yang satunya belum bisa diidentifikasi.

Polisi telah menahan 561 orang yang terlibat dalam kerusuhan di Manfuhah, di selatan Riyadh.  68 lainnya terluka.

Sebagian besar pekerja asing yang terlibat bentrok berasal dari Afrika.

Tahun ini pihak berwenang Saudi mengatakan tak bisa lagi menoleransi pekerja asing yang melanggar ketentuan visa di sana.

Tindakan tegas ini diambil untuk memutus pasar gelap pekerja asing murah, memangkas jumlah pekerja asing, mengurangi arus keluar uang ke negara lain dan menomorsatukan warga Saudi bekerja di sektor swasta.

Amnesti tujuh bulan bagi pekerja asing untuk memperbarui status visanya atau dikenai penalti atau dipaksa meninggalkan Saudi, telah membuat ratusan ribu pekerja asing meninggalkan Saudi menjelang jatuh tempo amnesti.

Tenggat waktu itu memaksa Saudi melakukan pencidukan di mana ribuan orang ditahan.  Rabu lalu, seorang pekerja asal Ethiopia terbunuh dalam penggerebakan untuk menyita kembali senjata seorang polisi.

Kebanyakan yang tertangkap dalam penggerebekan ke toko-toko, pasar, kawasan bisnis atau perumahan sederhana, akan dideportasi ke negara asal mereka.

Kebanyakan pekerja ekspatriat mengaku tak mampu memanfaatkan tawaran amnesti karena kesulitan birokratis atau bermasalah dengan pensponsor mereka.

Di beberapa jalan di Manfuhah, orang-orang berpakaian khas Saudi bergerombol dalam kelompok-kelompok kecil yang beberapa diantaranya membawa senjata tajam dan tongkat besi.

Mereka berkata hendak melindungi properti mereka, sedangkan sejumlah orang lainnya memperhatikan dari atap rumah, demikian Reuters.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013