Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Universitas Indonesia Telisa Aulia Falianty mengungkapkan kondisi makroekonomi Indonesia menghadapi ancaman "overheating" atau kepanasan, walaupun masih dalam tingkat moderat.

"Penelitian kami pada 2013 menunjukkan adanya tendensi peningkatan overheating index," katanya dalam diskusi Bauran Kebijakan Makroekonomi Indonesia untuk Menghadapi Gejolak Ekonomi Global di Jakarta, Sabtu.

Ia menyebutkan, kajian Bank Dunia terhadap ekonomi Indonesia yang pada 2014 akan lebih baik antara lain karena akan ada Pemilu, berubah menjadi lebih rendah dari 2013.

Misalnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2013 diperkirakan mencapai 5,6 persen, kemudian pada 2014 diperkirakan lebih rendah yaitu mencapai 5,3 persen.

Pertumbuhan investasi yang pada 2013 diperkirakan 5,3 persen, untuk 2014 hanya 4,9 persen.

Sementara ekspor pada 2013 diproyeksikan tumbuh 5,6 persen dan 2014 diperkirakan tumbuh 5,7 persen.

Namun, pertumbuhan impor lebih besar lagi yakni pada 2013 diperkirakan 2,4 persen dan 2014 mencapai 4,5 persen.

Menurut Ketua Program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik FE-UI itu, Indonesia menghadapi permasalahan struktural perekonomian sehingga membelenggu neraca pembayaran.

Indonesia mampu mempertahankan keseimbangan internal, namun mulai mengalami ketidakseimbangan eksternal.

Ketidakseimbangan eksternal itu bersumber dari permasalahan di sektor pangan, energi, rendahnya daya saing energi, ketergantungan terhadap ekspor komoditas, dan ketergantungan terhadap impor bahan baku dan barang modal.

Menurut dia, komponen ekonomi yang mengalami "overheating" dan mengkhawatirkan adalah neraca transaksi berjalan yang defisit, pertumbuhan kredit yang terlalu tinggi, dan gejolak nilai tukar rupiah.

Pewarta: Agus Salim
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2013