Bandarlampung (ANTARA News) - Kendati hujan mengguyur Kota Bandarlampung, tidak menghalangi warga datang mengikuti dialog publik bersama Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), di lapangan Korpri kantor gubernur/DPRD Lampung, di Bandarlampung, Sabtu malam.

Dialog "Sekala Selampung" bertema "Lampung Rumah Bersama" yang menjadi ruang diskusi dan dialog bersama antarwarga di Lampung ini diharapkan dapat menjadi tempat untuk mengkaji pemecahan masalah sosial di daerah ini.

Sekala Selampung ini diselenggarakan didukung perusahaan tambak udang PT Centralproteina (CP) Prima, FISIP Universitas Lampung (Unila), dan Dewan Kesenian Lampung (DKL).

Hujan tidak menyurutkan langkah warga Lampung untuk menyaksikan dialog sekaligus tausiah cinta untuk Lampung dan Indonesia yang disampaikan Cak Nun, meskipun air hujan mengguyur pula panggung acara.

"Sekala Selampung ini diselenggarakan untuk menjadi wadah bagi masyarakat Lampung memecahkan suatu masalah maupun polemik yang ada di tengah masyarakat," kata Drs Ikram Baadillah MSi, dosen FISIP Unila, salah satu penyelenggara acara tersebut.

Dia mengatakan, Provinsi Lampung yang dihuni masyarakat dari berbagai macam budaya dan agama, warga daerah ini itu dapat berkumpul di sini untuk memecahkan masalah yang ada.

"Dengan adanya forum diskusi ini, diharapkan dapat membantu Pemerintah Provinsi Lampung untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi pada saat ini, katanya pula.

"Lampung rentan dengan berbagai permasalahan dan rawan konflik sosial, sehingga dengan adanya forum diskusi ini ke depan kita dapat menyelesaikan semua permasalahan itu secara bijaksana," kata dia.

Menurut Sugianto, juga dosen FISIP Unila, kegiatan dialog ini untuk masyarakat Lampung agar berani jujur dalam berbicara.

"Masyarakat Lampung yang pluralis adalah sebuah keniscayaan, dan itu perlu dijaga keakrabannya," katanya lagi.

Dia mengatakan, belajar dan berani jujur dalam sebuah perbedaan merupakan keberanian untuk mengakui keberagaman.

Itu adalah bentuk energi dalam pentas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran, ujarnya lagi.

"Mudah-mudahan kegiatan ini dapat memajukan Lampung agar lebih jaya lagi," katanya pula.

Menurut Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), Lampung memang harus mempunyai identitas, sehingga dengan adanya kegiatan ini dan ke depan dapat terus secara rutin digelar untuk dapat mencari solusi atas permasalahan yang ada.

"Kegiatan ini diharapkan dapat memecahkan permasalahan sosial yang terjadi saat ini," katanya lagi.

Ia mengajak semua pihak untuk dapat menjadikan Lampung sebagai rumah bersama bagi semua budaya dan agama, jangan sampai timbul konflik karena adanya permasalahan di antara warga di daerah ini.

Acara seperti ini, menurut Cak Nun, juga wajib dijaga sebagai alternatif dialog dalam rumah bersama bagi semua agama dan ideologi.

"Mari semua ini dijaga agar selalu menjadi ruang untuk bersama hidup damai di daerah ini dalam kebersamaan dan toleransi," ujar Emha lagi.

Turut hadir dalam forum ini, budayawan yang juga arsitek Lampung Ir H Anshori Djausal MT, Wakil Bupati Tulangbawang Heri Wardoyo, Ketua Komnas-HAM SN Laila, Wakil Bupati Lampung Barat Mukhlis Basri dan sejumlah tokoh lainnya.

Acara diawali dengan menyanyikan sejumlah lagu wajib Indonesia dan daerah (Lampung), penampilan performance Jazz Cetik, pembacaan puisi (AY Erwin dan Cahyono ES), penampilan Jamus Kalimasada dari Metro Lampung dan monolog.

Dalam dialog hadir perwakilan warga Lampung dari beragam etnis, adat, dan agama yang membaur bersama-sama membahas berbagai hal. (RB/M023*B014)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2013