Sebagian pemegang UNHCR, mereka sebenarnya tinggal menunggu saja, cuman mereka tidak sabar, mereka jenuh, terpaksa ada unsur oknum yang tergiur dengan mohon maaf materi, dibawalah mereka, modusnya begitu terus."
Tasikmalaya (ANTARA News) - Sebanyak 38 dari 106 imigran Rohingya asal Myanmar yang diamankan di Kabupaten Garut, Jawa Barat, hilang diduga karena tidak mau menjalani proses penindakan oleh kantor Imigrasi Tasikmalaya.

"Mungkin karena kecapean mereka, kelelahan, kejenuhan, mereka cari jalan sendiri, sekarang kurang lebih 68 orang, Pakistan 1 orang yang lainnya Myanmar," kata Kasie Penindakan Kantor Imigrasi Tasikmalaya, Arief kepada wartawan, Senin.

Ia menuturkan, identifikasi imigran gelap tersebut akan dilakukan penanganannya bersama International Organization for Migration (IOM) atau organisasi yang menangani masalah imigran.

Selanjutnya imigran gelap itu, kata dia, sementara ditampung di kantor Imigrasi Tasikmalaya sambil menunggu keputusan dari Direktorat Jenderal Imigrasi untuk penanganan lebih lanjut.

"Menunggu dari Direktorat Jendaral Imigrasi, kemudian mau dikirim kemana, prosedurnya lama," katanya.

Ia mengatakan 106 orang imigran yang tersisa hanya 68 orang itu diamankan Polisi di wilayah Kecamatan Cibalong oleh Polsek Cibalong dan Polisi Resor Garut, Minggu (17/11) dini hari.

Berdasarkan informasi, kata dia, imigran tersebut berangkat dari Bogor dan mendapatkan pengawalan oleh anggota marinir hingga memasuki wilayah Kabupaten Garut.

"Berangkat dari Bogor di kawal marinir," katanya.

Menurut dia, imigran yang nekad ingin menyeberang ke negara Australia melalui perairan laut Indonesia disebabkan tergiur ajakan oleh pihak tertentu untuk mendapatkan materi.

Padahal, kata Arief, para imigran itu hanya menunggu menerima UNHCR atau pemberian perlindungan hukum serta keamanan bagi pengungsi.

"Sebagian pemegang UNHCR, mereka sebenarnya tinggal menunggu saja, cuman mereka tidak sabar, mereka jenuh, terpaksa ada unsur oknum yang tergiur dengan mohon maaf materi, dibawalah mereka, modusnya begitu terus," katanya. (*)

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013