Jakarta (ANTARA News) - Ketua Unit Koordinasi Kerja (UKK) Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr. Damayanti Rusli Syarif, Sp.A (K) menyebutkan bahwa gizi balita di Indonesia akan menentukan kualitas manusia Indonesia di masa depan.

Dia menyebutkan bahwa gizi buruk pada balita dan anak-anak bisa menyebabkan terpengaruhnya perkembangan kemampuan otak anak.

"Jika kondisi gizi buruk terus terjadi, kemampuan otak anak juga akan sulit berkembang," kata Damayanti yang juga menjabat sebagai Ketua Divisi Nutrisi dan Penyakit Metabolik dari Departemen IKA FKUI/RSCM,

Damayanti melanjutkan bahwa dalam proses pertumbuhan serta perkembangan seorang manusia, usia emas anak dan balita adalah masa dimana pertumbuhan badan dan kemampuan otak mencapai titik yang maksimal.

"Untuk meningkatkan kualitas manusia maka harus ada pendekatan utama yang dilakukan," katanya.

Pendekatan tersebut seperti melakukan deteksi dini mengenai masalah gizi serta pemberian makanan yang tepar dalam 1.000 hari pertama kehidupan seorang anak.

Deteksi dini masalah gizi bisa dilakukan dengan memantau pertumbuhan balita menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yakni menimbang berat badan, mengukur panjang badan serta lingkar kepala. Sedangkan deteksi lebih lanjut bisa dilakukan dengan Frekuensi S.

"Yaitu pada masa awal pertumbuhan anak disetiap enam bulan pada usia keempat dan kelima," katanya.

Kualitas anak ditentukan oleh proses tumbuh kembang di tiga tahun pertama sang anak yang harus juga sesuai dengan pertumbuhan otaknya.

"Dalam tiga tahun pertama usia seorang anak, terjadi pertumbuhan otak yang pesat dari sekitar 400 gr saat lahir menjadi 1.200 gr di usia tiga tahun," katanya. 

Pewarta: Deny Yuliansari
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013