Kairo (ANTARA News) - Seorang anak laki-laki berusia 10 tahun tewas ketika para pendukung dan penentang Presiden terguling Mohamed Moursi bentrok di kota Suez, Jumat, dan polisi menembakkan gas air mata untuk mengatasi kerusuhan di daerah-daerah lain Mesir, kata beberapa pejabat.

Bentrokan meletus ketika kelompok-kelompok pro-Moursi memulai pekan demonstrasi anti-militer dengan slogan "Pembantaian Abad Ini" -- menunjuk pada insiden 14 Agustus ketika pasukan keamanan menumpas kubu garis keras di Lapangan Rabaa al-Adawiya, Kairo.

Sedikitnya 600 orang tewas dalam insiden itu dan bentrokan-bentrokan lain yang terjadi pada hari itu di Mesir.

Anak laki-laki itu tertembak kepalanya ketika bentrokan tersebut terjadi setelah sholat Jumat, kata pejabat-pejabat keamanan.

Kerusuhan juga dilaporkan terjadi di sejumlah daerah Kairo dan beberapa kota lain.Polisi menembakkan gas air mata ketika kelompok-kelompok mahasiswa pendukung dan penentang Moursi saling lempar batu di Universitas Al-Azhar, kata beberapa pejabat keamanan.

Polisi pada Jumat juga menembakkan gas air mata untuk membubarkan bentrokan di Lapangan Rabaa al-Adawiya.

Bentrokan juga terjadi di kota Fayoum, sebelah Kairo, namun polisi berhasil membubarkannya dengan tembakan gas air mata.

Sehari sebelumnya, Kamis, seorang perwira polisi Mesir tewas tertembak di daerah sebelah utara Kairo ketika sedang dalam misi untuk menangkap sejumlah militan yang dituduh membunuh seorang pejabat keamanan senior, kata kementerian dalam negeri.

Kapten Ahmed Samer Mahmoud tewas pada Kamis fajar selama operasi di kota kawasan Delta Nil, Qulubiya, ketika tim pasukan khusus terlibat dalam tembak-menembak dengan militan, kata kementerian itu.

Tim itu mengejar "unsur-unsur teroris" yang diburu karena pembunuhan Letnan Kolonel Mohamed Mabruk, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, dengan menambahkan bahwa dua orang ditangkap.

Militan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan setelah militer menggulingkan Presiden Mesir Mohamed Moursi pada 3 Juli.

Penumpasan militan yang dilakukan kemudian di Mesir menewaskan ratusan orang dan lebih dari 2.000 ditangkap di berbagai penjuru negara itu.

Kekacauan meluas sejak penggulingan Presiden Hosni Mubarak dalam pemberontakan rakyat 2011 dan militan meningkatkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan, terutama di Sinai di perbatasan dengan Israel.

Militan-militan garis keras yang diyakini terkait dengan Al Qaida memiliki pangkalan di kawasan gurun Sinai yang berpenduduk jarang, kadang bekerja sama dengan penyelundup lokal Badui dan pejuang Palestina dari Gaza.

Militan di Sinai, sebuah daerah gurun di dekat perbatasan Mesir dengan Israel dan Jalur Gaza, menyerang pos-pos pemeriksaan keamanan dan sasaran lain hampir setiap hari sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Moursi pada 3 Juli, demikian seperti dikutip dari AFP.


(M014)


Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013