Moskow (ANTARA News) - Pasukan keamanan Rusia menangkap 15 tersangka militan Islam di Moskow, Rabu, setelah menyita sejumlah bom rakitan dan senjata-senjata lain dalam penyerbuan terhadap sebuah apartemen, kata kementerian dalam negeri.

Menurut kementerian itu, mereka yang ditangkap adalah anggota sebuah kelompok bernama Takfir Wal-Hijra, yang dilarang di Rusia sebagai organisasi garis keras pada 2010, dan dipimpin oleh seorang pria yang datang ke Moskow setelah belajar di negara-negara Arab, lapor Reuters.

Empat-belas orang ditangkap dalam penyerbuan itu dan satu orang lagi dibekuk dalam insiden terpisah, kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.

Kementerian itu menuduh kelompok tersebut berusaha merekrut orang menjadi anggota kelompok radikal, termasuk etnik Rusia dan Slav lain, dan anggota-anggota mereka dituduh melakukan perampokan, penyerangan dan kejahatan lain untuk mendanai kegiatan mereka.

Selama penyerbuan itu, tiga bom rakitan dan komponen bahan peledak ditemukan, juga sejumlah granat, senapan yang menembakkan peluru plastik, dan literatur garis keras, katanya.

Orang-orang yang ditangkap itu mencakup warga dari negara-negara Asia Tengah seperti Uzbekistan dan Turkmenistan, serta dari wilayah Kaukasus Utara Rusia yang berpenduduk mayoritas muslim, dan juga dua etnik Rusia, tambah kementerian itu.

Rusia memperketat keamanan menjelang Olimpiade Musim Dingin, yang akan diadakan di kota pesisir selatan Sochi pada Februari dan keberhasilan olah raga itu akan menjadi pertaruhan bagi martabat Presiden Vladimir Putin

Kremlin hingga kini masih berusaha mengatasi gerilyawan muslim di Kaukasus, satu dasawarsa setelah pasukan federal mendongkel dominasi separatis di Chechnya. Kekerasan dari Chechnya itu bahkan meluas ke Moskow.

Serangan bom bunuh diri yang dilancarkan oleh seorang pelaku dari Kaukasus Utara menewaskan 37 orang di bandara terpadat Rusia Domodedovo pada Januari 2011.

Serangan itu membuat Presiden Rusia saat itu Dmitry Medvedev memecat sejumlah pejabat kepolisian tingkat menengah dan mengarah pada pendongkelan para manajer senior Domodedovo.

Pemboman bunuh diri itu diklaim oleh Doku Umarov, pemimpin Emirat Kaukasus yang melancarkan serangan-serangan di Chechnya dan wilayah lain yang berpenduduk muslim di Kaukasus Utara.

Kekerasan berkobar di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim, dimana gerilyawan yang marah karena kemiskinan dan terdorong oleh ideologi jihad global ingin mendirikan sebuah negara merdeka yang berdasarkan hukum sharia.

Dagestan, yang terletak di kawasan pesisir Laut Kaspia, telah menggantikan wilayah-wilayah tetangganya sebagai pusat kekerasan di Kaukasus Utara yang berpenduduk mayoritas muslim.

Dagestan berbatasan dengan Chechnya di Kaukasus Utara, dimana Rusia menghadapi kekerasan muslim garis keras, dan provinsi yang berpenduduk mayoritas muslim itu seringkali dilanda serangan dengan sasaran aparat penegak hukum dan pejabat pemerintah.

Serangan-serangan telah membuat Kremlin berjanji lagi menumpas gerilyawan di Kaukasus Utara. Wilayah tersebut dilanda kekerasan sejak dua perang pasca-Sovyet terjadi di Chechnya antara pasukan pemerintah dan gerilyawan separatis.


Penerjemah: Memet Suratmadi

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013