Hal itu penting, karena Pancasila memuat nilai-nilai luhur untuk mencapai masyarakat adil, beradab, harmonis, berdaulat, dan bermartabat,"
Yogyakarta (ANTARA News) - Filosofi Pancasila harus selalu mendasari tindakan rakyat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kata mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif.

"Hal itu penting, karena Pancasila memuat nilai-nilai luhur untuk mencapai masyarakat adil, beradab, harmonis, berdaulat, dan bermartabat," katanya pada The 2nd Indonesia Public Relations and Summit (IPRAS) bertajuk Reputasi Bangsa dan Kejayaan Indonesia, di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, dengan filosofi Pancasila, rakyat Indonesia mempunyai landasan berbangsa dan bernegara yang modern, lentur, dan memiliki daya ikat yang kuat bagi harmonisasi kolektif.

"Namun, kita belum sungguh-sungguh menjadikan Pancasila sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) itu.

Ia mengatakan kondisi tersebut menyebabkan kegaduhan politik, hukum, dan moral. Indonesia hanya bisa bangkit jika suasana gaduh yang tidak putus itu dihentikan sekarang dan untuk selamanya.

Kegaduhan politik, hukum, dan moral yang sedang melilit "tubuh" bangsa ini, kata dia, telah merusak harmonisasi kolektif kita. Jalan terbaik yang perlu ditempuh adalah memperbaiki kualitas demokrasi untuk mewujudkan kesejahteraan umum.

"Dengan dasar filosofi Pancasila, kita perlu meluruskan niat kembali untuk kebesaran Indonesia yang adil, beradab, dan harmonis untuk bangkit secara berdaulat dan bermartabat," katanya.

Ketua Harian Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat Ridlo Eisy mengatakan tugas "public relations" (PR) untuk meyakinkan rakyat Indonesia bahwa negara ini lumayan baik. Hal itu penting untuk reputasi dan kejayaan bangsa ini.

"Reputasi dan kejayaan bangsa kita pertaruhkan untuk anak cucu kelak. Oleh karena itu, SPS Pusat mendorong penguatan reputasi organisasi di Indonesia agar lebih kompetitif di tingkat global sekaligus mendorong penguatan reputasi Bangsa Indonesia di mata dunia internasional melalui IPRAS," katanya.(*)

Pewarta: Bambang Sutopo Hadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013