Jakarta (ANTARA News) - Partai Golkar menyayangkan sikap Indonesia yang terkesan memaksa tercapainya kesepakatan pada Konferensi Tingkat Menteri ke-9 Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Bali.

“Indonesia sebagai negara agraris dan berpenduduk besar seharusnya bersama-sama dengan India, bukan sebaliknya menjadi garda terdepan dalam me-lobby India untuk menyetujui proposal yang ditawarkan,” kata Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie melalui siaran persnya di Jakarta, Jumat.

Pemerintah Indonesia, lanjut Aburizal, harus mendukung sikap India yang menginginkan pemberian subsidi untuk kepentingan ketahanan pangan tanpa batas waktu.

Indonesia, katanya, jangan terbuai dengan potensi penambahan nilai perdagangan dunia yang dijanjikan bila tercapainya kesepatan akan mencapai angka 1,3 triliun dolar Amerika.

Menurutnya, potensi keuntungan itu seperti mengelabui karena sejatinya Indonesia hanya akan menikmati sedikit porsi manfaat. Sementara di pihak lain, bukan Indonesia yang menikmati sebagian besar proposal tersebut melainkan negara-negara maju. Indonesia selaku tuan rumah harus menjadi tuan rumah yang baik. Tetapi tuan rumah yang baik tidak harus mengorbankan kepentingan nasional, khususnya petani dalam negeri.

Ical, panggilan Aburizal, juga meminta Pemerintah Indonesia untuk mencermati data terakhir di mana 5,1 juta petani yang awalnya produktif menghasilkan pangan terpaksa ganti profesi akibat nilai tukar petani yang rendah dan kehilangan lahan sawahnya.

Sebelumnya, India menolak kesepakatan WTO Bali karena dianggap membahayakan nasib petani di dalam negerinya.

Sementara di pihak lain, negara maju khawatir peningkatan presentase cadangan pangan justru akan menimbulkan ketidakseimbangan harga internasional.

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013