Ankara (ANTARA News) - Gerlyawan Partai Buruh Kurdistan (PKK) menculik empat prajurit Turki yang sedang berpatroli di provinsi wilayah tenggara, Diyarbakir, Minggu, demikian dilaporkan media Turki.

Belum jelas mengapa prajurit-prajurit itu diculik, namun ketegangan di kawasan itu tinggi sejak dua orang tewas Jumat selama bentrokan antara polisi dan pemrotes di kota berdekatan Yuksekova.

Media setempat mengatakan, ratusan orang berdemonstrasi menentang aksi perusakan yang dilakukan terhadap pemakaman anggota PKK. Polisi Turki menembakkan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan pemrotes.

Peristiwa itu terjadi setelah masa tenang beberapa bulan antara pihak berwenang Turki dan PKK, yang mengumumkan gencatan senjata pada Maret setelah negosiasi rahasia dengan badan intelijen.

Pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Ocalan, mengatakan, insiden Jumat itu merupakan provokasi yang bertujuan mengganggu proses perdamaian dan ia meminta masyarakat tenang, kata anggota-anggota parlemen dari Partai Perdamaian dan Demokrasi (BDP) pro-Kurdi dalam sebuah pernyataan Sabtu.

Anggota-anggota parlemen itu mengunjungi Ocalan di penjara pulau Imrali dimana ditahan.

Ocalan yang menjadi buronan ditangkap di Kenya pada 15 Februari 1999 dalam operasi rahasia Turki setelah ia diasingkan dari Suriah, dimana ia berpangkalan selama satu dasawarsa untuk mengatur dari jauh Partai Buruh Kurdistan (PKK).

Vonis awal hukuman mati terhadap Ocalan diubah menjadi hukuman penjara seumur hidup di sebuah penjara pulau di lepas pantai Istanbul sejak 2002.

Ocalan pada Maret mengumumkan gencatan senjata bersejarah dengan pemerintah Turki. Sebagai bagian dari gencatan senjata itu, PKK setuju menarik sekitar 2.000 gerilyawannya dari Turki ke pangkalan-pangkalan di Irak utara.

Sebagai imbalannya, mereka meminta hak-hak konstitusional lebih besar bagi penduduk Kurdi yang berjumlah 15 juta orang di Turki.

Namun, proses perdamaian itu diguncang oleh kematian seorang pemuda Kurdi selama protes anti-pemerintah di daerah tenggara yang berpenduduk Kurdi pada Juni.

Turki, Uni Eropa dan AS menganggap Partai Buruh Kurdistan (PKK) sebagai sebuah organisasi teroris.

Militer Turki melancarkan serangan-serangan udara dan operasi darat terbatas ke Irak utara sejak Agustus 2011 menyusul gelombang serangan gerilyawan PKK, setelah macetnya gencatan senjata sebelumnya.

PKK melancarkan serangan-serangan dari tempat persembunyian mereka di kawasan pegunungan terpencil Irak sebagai bagian dari perang mereka untuk memperoleh hak dan otonomi lebih besar bagi penduduk Kurdi.

Lebih dari 40.000 orang tewas sejak PKK mengangkat senjata pada 1984, demikian Reuters.

(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013